Menemui pa Bohon, lelaki separuh baya yang sederhana di desa Sukamantri, Cisewu, Garut. Perawakannya tidak lebih warga kampung, ditempa oleh waktu sebagai petani harian. Tidak ada yang menarik dari penampilannya, namun ada tekad kuat yang tidak tampak.

Dua tahun lebih, tangannya bergelut dengan batuan pasir dan breksi, batu terkeras yang pernah ada. Lebih dari lima puluh pahat dan beberapa godam lenyap ditelan waktu. Hanya satu yang menguatkannya, yaitu tekad bapak Bohon, menuntaskan terowongan tinggi satu meter setengah, lebar satu meter hingga menembus sisi gunung, sepanjang enam puluh meter lebih. Terowongan ini tembus hingga ke sisi timur gunung Tumpeng. Pembuatan terowongan tersebut dilakukan untuk mengalirkan air dari sisi barat ke timur, mengairi pesawaran dan perkebunan warga di Desa Sukamantri.

Gunung ini lebih tepatnya adalah bukit, mengingat bentuknya tidak leibh dari bentuk kerucut yang menyerupai tumpeng. Sajian nasi yan gditanak menggunakan wadah yang dibuat dari anyaman bambu, membentuk kerucut.

Bukit kerucut ini adalah intrusi batuan beku yang bisa saja ditafsirkan sebagai vocanic neck atau leher gunungapi. Dalam peta tematik geologi lembar Sindangbarang (Koesmono dkk., 1996) batuannya disusun oleh andesit piroksen Umur Pliosen.

G. Tumpeng dihadapan sesar Cilaki. (c)Deni Sugandi
Pa Bohon di muka terowongan sepanjang 60 meter. (c)Deni Sugandi