Di sisi timur Cekungan Bandung, berdiri kerucut yang menjadi batas tinggian Bandung bagian timur dan Cekungan Garut. Dari pembagian fisiografis pulau Jawa bagian barat, merupakan Zona Bandung (van Bemmelen, 1949). Ditempati jajaran gunungapi kelompok Garut (Garut Section).
Kaki gunungnya menempati dua wilayah kabupaten Bandung dan sebagian besar masuk di Garut. Sebelah utara masuk ke wilayah Kabupaten Bandung diantaranya Nagreg dan Cikancung. Sedangkan sisi selatannya masuk ke Kadungora, Kabupaten Garut. Tubuh gunungapinya disusun oleh tuf dan lava bersusunan andesit piroksen hingga basalan (Alzwar, 1992).
Bila dilihat dari arah barat, titik tingginya tidak lagi menunjukan kerucut tunggal seperti halnya gunungapi muda. Tetapi ditempati beberapa kerucut yang berjajar dari utara ke selatan. Kondisi demikian menandakan gunung ini telah mengalami erosi dan pelapukan tinggkat tinggi. Sehingga membentuk puncak-puncak bayangan yang menghiasi kemegahan gunung ini. Di sebelah utaranya ditempati oleh Puncak 4 dan Puncak G. Mandaligiri. Kemudian di sebelah selatannya terdapat dua puncak disebut Puncak 1 dan Puncak 2, milik G. Mandalagiri. Masing-masing puncaknya tidak lagi memiliki zona depresi atau kawah, karena tertutup oleh pembentukan lava dome. Berupa lava yang keluar melaui kegiatan letusan efusif, kemudian membeku disekitar pusat letusan, membeku membentuk kubah lava.
Dua kerucut yang bergandengan utara-selatan, merupakan sistem gunungapi yang terbentuk dalam waktu yang berbeda. Diantaranya disebelah timur adalah G. Mandalagiri (1825 m dpl.), kemudian disebelah utaranya adalah kerucut G. Mandalawangi (1650 m dpl.). Kemudian disebelah timurlautnya ditempati G. Buleud (1276 m dpl.) dan G. Pangradinan (1236 m dpl.) yang menyingkapkan hasil gunungapi lebih tua. Dalam peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk (1992), dituliskan G. Pangrajinan. Sedangkan pada peta RBI (2001), dituliskan G. Pangradinan.
Kondisi roman buminya menandakan berumur tua, sesuai dengan sejarah pembentukaanya. Alzwar dkk., (1992), menuliskan Umur Kuarter dengan urutan stratigrafinya dari tua ke muda tersusun atas Batuan Gunungapi Guntur-Pangkalan. Kemudian Kendang (Qgpk), disusul batuan lebih muda Gunungapi Mandalawangi-Mandalagiri (Qmm). Sedangkan di sebelah selatannya disusun oleh batuan gunungapi yang lebih tua, seperti G. Waringin-Bedil-Malabar Tua (Qwb), Guntur- Pangkalan-Kendang (Qko, Qgpk), Sangianganjung (Qsu), Mandalawangi- Mandalagiri (Qmm), Malabar-Tilu (Qmt), Kancana-Huyung-Tilu (Qkl, Qhl, Qtl), Kracak-Puncakgede (Qkp), dan beberapa produk sekunder tak teruraikan berasal dari sumber erupsi gunungapi tua (Qopu).
Dilereng G. Pangradinan sebelah utara ditempati wilayah administratif Desa Mandalasari, Desa Cihanyit, Desa Ciluluk, Desa Srirahayui dan Desa Mekarlaksana. Disusun oleh aliran prioklastika, seperti tuf dan ash flow. Kemudian satuan aliran lavanya tersebar di sekitar Desa Cikancung, dan daerah Gowowek, Desa Mekarlaksana. Saat ini menjadi lahan terbuka kegiatan penambangan pasir dan batu. Dibeberapa tempat ditemui struktur kekar lembar (sheeting joint), dan kekar tiang (columnar joint). Kehadiran struktur tersebut menunjukan lava membeku dengan cepat, dekat permukaan akibat perbedaan suhu dan tekanan. Dalam peta yang disusun AMS versi ke-2, lembar Leles (1944), dituliskan kawasan wildhoutbosch atau hutan kayu liar. Menandakan gunung yang dilestarikan untuk vegetasi hutan kayu.
Dipuncak G. Pangradinan mrupakan titik terbaik untuk melihat Cekungan Bandung bagian timur. Kemudian disebelah utaranya adalah jajaran kerucut gunungapi purba kelompok G. Manglayang-Bukittunggul. Tinggian Pangradinan merupakan titik tinggi sebelah timur, saat Danau Bandung Purba surut, sekitar 20.000 hingga 16.000 tahun yang lalu.