Studio mungil di ujung jalan Jalan Raya Barat pasar Andir itu tidaklah pernah sepi. Studio foto ini memang sedang mekar merekah, bahkan pelanggan rela mengantri dan mengambil nomor. Inilah studio paling diminati masyarakat Bandung pada masanya, melayani pas foto, foto studio dan foto panggilan. Jasa layanan foto yang didirikan oleh Tan Tjiauw Hong tahun 1964.
Jauh sebelum tahun 60-an, Tan Tjiauw Hong belajar cara teknik fotografi, artistik hingga kamar gelap pada Lan Ke Tung, pemilik studio foto Lovely di jalan Dewi Sartika Bandung. Perlu diketahui bahwa, pada masa itu informasi atau literatur tentang fotografi sangat sulit, bila ada, itupun dalam bahasa Belanda. Sehingga menjadi ahli fotografi sangatlah langka dan mahal. Menurut keterangan Tan Tjiauw Hong, pada masanya, belumlah ada sekolah dan keahlian memotret dan memroses dikamar gelap. Inilah ciri studio foto pada masa kolonial hingga setelah kemerdekaan, menggunakan manajemen tradisional yang melibatkan keluarga kemudian pengetahuan fotografi itu diwariskan pada keturunanya.
Mengawali karir di kota Cirebon, setelah belajar dari Lan Ke Tung. Ia mendapat tawaran dari keluarga besarnya, ia membuka studio jasa layanan pas foto di dekat bioskop Paradise kota Cirebon. Dari studio inilah, Tan Tjiauw Hong mengasah keterampilannya, baik itu cara memotret menggunakan sheet media rekam yang masih menggunakan sheet plastik 9x12cm, hingga meracik sendiri obat developer dan larutan kimiawi penetap/fixer, untuk proses kamar gelap. Terhitung hampir lima tahun lebih ia berhasil dan sukses, hingga jasa pas fotonya diminati masyarakat Cirebon. Karena mengaku cukup melelahkan, karena harus pulan dan pergi Cirebon-Bandung, maka ia memutuskan untuk kembali ke kota Bandung.
Tahun 1964, dengan bekal keterampilan dari cirebon, dibantu keluarga, ia mendirikan studio foto di Jalan Raya Barat (kini Jalan Asia-Afrika) Andir Bandung. Ia meilih lokasi ini karena pada masa itu, kegiatan ekonomi di kota Bandung berada disekitar Pasar Baru-Jalan Raya Barat-Andir. Pemilihan tempat ini kelak turut menentukan keberuntungan studi foto miliknya, yang kemudian dinamai Sinar Baru. Sesuai namanya, layanan jasa studio foto dan pas foto bersinar terang, hampir seluruh masyarakat Bandung pernah menggunakan jasanya. Pada perjalanannya, kesuksesan usaha ini, rupanya tidak ditunjang dengan manajemen yang baik, semua kegiatan memotret dan memroses di kamar gelap, hanya dilakukan sendiri. Meskipun dibantu kerabat dekatnya, pekerjaan yang paling penting selalu ia kerjakan tanpa ingin dibantu orang lain, ia hanya memperkejakan seorang asisten dalam proses kamar gelap. Karena keterbatasan fisik dan tenaga, ia menerapkan strategi jam kerja. Buka jam sembilan pagi, tutup jam dua belas siang, kemudian buka jam empat sore hingga malam jam tujuh. Kesempatan istirahat ini, ia manfaatkan untuk memroses di kamar gelap.
Ragam produk yang ditawarkan adalah mulai dari memotret untuk kebutuhan pas foto, hingga proses cetak, ia lakukan sendiri. Pada masanya, ia turut pula mengalami perkembangan teknologi fotografi masa itu, mulai dari penggunaan media rekam dari sheet kaca yang siap ekspose, dijual dalam satu box isi 6 sheet untuk ukuran 9×12 cm dan 18x24cm. Untuk kebutuhan foto studio, kemudian ia menggunakan jenis sheet plastik ukuran 9x12cm dan 18x24cm (ortho), tahun-tahun berikutnya, awal tahun 70-an, ia mulai menggunakan roll film 120mm, untuk ukuran 6x9cm adalah 8 frame dan ujuran 6x6cm negatif untuk 12 frame. Semua material fotografi ia beli di Dragon Photo Suplai Braga (Kini menjadi Kamal Photo Suply). Untuk kamera studio format besar merek Astoria, ia membeli di toko perlengkapan kamera Popular Pasar Baru Jakarta.
Sinar Baru pada masa itu sangat fenomenal, bisa dikatakan, bila belum pernah difoto di studio ini, berarti bukan warga berasal dari kota Bandung. Meskipun ada beberapa studio foto yang menawarkan jasa yang sama, namun hanya Sinar Baru yang paling banyak diminati, dari berbagai lapisan strata sosial masyarakat Bandung. Pada masa itu, studio sejenis dalam kurun waktu yang sama adalah Goodland di samping hotel Savoy Homann, Bek Ik Tjiang di jalan Kebon Jati, Lok Hwa dekat bioskop Capitol Jalan Raya Barat Pasar Andir, Lively (Kini Seni Abadi) di jalan Merdeka depan Hotel Panghegar, Tek Can di dalam pasar Andir, Lovely (Lan Ke Tung) di jalan Dewi Sartika, Aloen Foto jalan Karapitan, Pasific jalan Braga dan Polyphoto di Pasar Baru Bandung.
Hingga lebih dari 20 tahun lebih ia mempertahankan bisnisnya. Anggota Perhimpunan Amatir Foto Bandung dengan nomor anggota 222 ini pun merasa jenuh dengan bentuk usaha ini. Akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkannya kembali, kemudian mengambil pensiun dari bisnis ini dan aktif bergabung di klub foto di Bandung. Dalam catatan administrasi di PAF, Tan Tjiauw Hong adalah anggota paling lama dan masih aktif hingga kini. Boleh dikatakan, sesuai dengan usaha studio fotonya “Sinar Baru” dalam usia 78 tahun pun, ia tetap merasa baru. Ia lah manusia tiga jaman yang masih aktif memotret hingga kini.