Diperlukan waktu tempuh sekitar satu jam lebih, perjalanan dari ibu kota Belitung Timur di Mangar ke Pantai Batupulas di Desa Cendil. Desa yang berada di sebelah utara Kabupaten Belitung Timur. Tiba di Desa Cendil, kemudian berbelok ke arah utara menuju , sekitar 10 menit melalui aspal mulus, kemudian berakhir di Pantai Batupulas. Batas darat di Kelapakampit, Belitung Timur yang berbatasan dengan laut lepas. Ditemui teluk kecil yang mengiasi pantai ini, kemudian dibangun jembatan ke arah laut sekitar 50 meter. Jembatan yang berfungsi sebagai dermaga kapal, dibangun sekitar awal tahun 2024.

Pantainya telah ditata melalui usaha dan dana desa, berupa penyediaan jalan ditepi bibir pantai, lahan parkir dan lapangan. Termasuk penyediaan warung-warung sederhana yang berjajar di sepanjang tepi pantai. Warga membuat akses ke bagian sebelah timur dan barat pantai, melalui platform berupa jalan papan (boardwalk). Dibangun untuk memudahkan akses ke sisi lain pantai ini, dan tidak merubah susunan batuan granit.

Konsep pembangunan tersebut selaras dengan upaya konservasi, dengan tidak mengganggu objek geowisata. Berupa singkapan blok-blok batuan granit yang telah lapuk dan terdeformasi. Menghiasi tepian panti Batu Pulas, seperti benteng alam yang tersebar di bagian barat dan timur pantai. Dibeberapa bagian ditemui blok besar sebesar rumah dua lantai, dengan struktru yang terdeformasi. Berupa ditemui bidang-bidang rekahan, yang menandakan adanya struktur sesar minor yang berkembang secar lokal.

Asal-usul batuan ini dibentuk jauh di bawah permukaan bumi. Menandakan adanya magma yang bersifat cair. Seiring waktu, disertai dinamika bumi, magma tersebut naik mendekati permukaan bumi dan berhenti. Seiring waktu kemudian membeku dalam waktu yang sangat lama, dicirikan dengan pembentuk kristal dengan ukuran butir besar. Pembentukannya diperkirakan mencapai 65-200 juta tahun yang lalu, dipetakan oleh dua orang ahli geologi Baharuddin dan Sidarto sejak tahun 1995.

Batuan ini hasil pembekuan magma yang bersifat lebih asam, atau kandungan silika yang lebih tinggi dari 65%. Dicirikan dengan warnanya lebih terang, disebut batuan intrusi dalam atau batolit. Dikelompokan ke dalam batuan igneous atau batuan beku dalam. Umurnya berkisar antara Trias (Triassic), tesebar di Belitung bagian barat laut, tenggara, dan sebagian diutara.

Pembekuan batuan tersebut berlangsung sangat lama, sehingga menghasilkan ukuran mineral yang besar. Berbeda dengan batuan beku dari hasil kegiatan letusan gunungapi, yang memiliki mineral lebih kecil dan kadang-kadang tidak ada sama sekali. Disebut batuan amorf, atau gelas volkanik akibat pembekuannya sangat cepat.

Pembekuan ini digolongkan sebagi batuan beku dalam, membentuk dalam volume yang sangat besar disebut Batolit. Ukurannya antara puluhan, hingga ratusan kilomter, di bawah permukaan bumi. Seiring waktu dan diikuti kegiatan pergerakan lempeng tektonik sekitar Miosen atau 20-15 juta tahun yang lalu, batuan ini diangkat dan mengalami pematahan serta peretakan. Selanjutnya batuan penutupnya tererosi, dan menyingkapkan blok-blok batuan granit. Akibat proses pengangkatan tersebut, batuan tersebut mengalami retakan atau deformasi.

Kemudian retakan-retakanan tersebut, diikuti proses pelapukan (weathering) dan pengerosian, termasuk kegiatan abrasi oleh gelombang laut. Proses pelapukan ini terjadi selama ribuan tahun, sehingga menyebabkan batu granit tersebut seperti bongkah batuan yang terpisah-pisah yang duduk di atas tubuh batuan granit yang sangat besar. Proses pelapukanlah, membentuk rona batuan seperti bentuk-bentuk unik. Seperti Batu Burung Garuda, Batu Buyung, Batu Balancing rock, dan sebagainya.

Sebaran batuan granit ini tidak saja di dua pulau, Bangka dan Belitong, tetapi muncul ke arah utara sekitar Kepulauan Riau hingga Semenanjung Malaysia.

Blok granit yang tersingkap, membentuk fragmen akibat pelapukan.
Hutan Bakau di muara, disertai sedimentasi pasir kuarsa.