Dieng merupakan kompleks gunungapi satu-satunya di Indonesia yang memiliki banyak kawah. Tersebar dalam lingkar kaldera, duduk di dua wilayah Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, dan Pemalang. Disebut dataran tinggi karena berada di atas ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut/dpl.
Rupa buminya ditata oleh kegiatan gunungapi, terbentuk dalam tiga rangkaian peristiwa kegunungapian. Kegiatan gunung apinya dibagi dalam tiga episode berdasarkan umur relatif, sisa morfologi, tingkat erosi, stratigrafi, dan tingkat pelapukan. Periode Pertama Pra Kaldera berumur Kuarter Bawah. Pada periode ini terbentuk Kawah Tlerep yang diisi kubah lava berkomposisi andesit hornblende. Pada Periode Kedua terjadi pembentukan kaldera, kemudian berkembang beberapa kerucut dan kawah, di antaranya Gunung Bisma, Gunung Seroja, Kawah Pager Kandang, Kawah Sileri, dan Kawah Dringo. Periode Ketiga menghasilkan beberapa titik letusan dan kubah lava, di antaranya Kawah Sikidang, Kawah Sikunang, Gunung Pakuwojo, Kubah Prambanan, Kubah Kunir, Kubah Kendil, dan Kubah Watu Sembul.
Dalam keadaan tenang, Dieng adalah bumi yang kaya potensi sumber daya. Di sini, ada lapangan panas bumi yang diusahakan oleh PT Geo Dipa Energi untuk pembangkit tenaga listrik. Pembangkit Listik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di sini menghasilkan listrik sebesar 60 MW yang setara dengan kebutuhan uap 400.000 kg/jam. Hasil sebesar itu dipasok oleh 8 sumur produksi dari kemampuan maksimum produksi steam sebesar 1.277 ton/jam atau setara dengan 103,11 MW. Listrik yang berasal dari PLTP ini ditransmisikan menuju Gardu Induk Wonosobo yang terinterkoneksi menuju P3B Ungaran melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV dan juga digunakan untuk memasok kebutuhan listrik PLTP Geo Dipa Energi sendiri.
Selain berkah yang didapat dari hasil panasbumi, tanah yang subur dan pemandangan yang menawan. Dieng tidak diam, namun aktif dalam kegiatan kegunungapian. Gunung ini tercatat pertama kali meletus pada tahun 1450. Pada Oktober 1939, di dekat Desa Batur, terjadi letusan dan menelan korban 10 orang. Selanjutnya, pada 4 Desember 1944 terjadi letusan di Kawah Sileri yang memakan korban sebanyak 59 orang. Pada 20 Februari 1979, keluarnya gas racun dari Kawah Timbang dan rekahan di Desa Kepucukan yang mengiringi letusan freatik Kawah Sinila menyebabkan jatuhnya korban jiwa sebanyak 149 orang. Korban-korban tersebut umumnya disebabkan gas beracun dari rekahan tanah. Perkembangannya yang terakhir, pada 27 Maret 2013 status Gunung Dieng menjadi siaga, yang antara lain karena naiknya volume semburan gas beracun dari Kawah Timbang.