“Panjang ta(n)jakan ditedak, ku ngaing dipeding-peding, Sadatang aing ka Puncak, deuuk di na mu(ng)kal datar teher ngahihidan awak. Teher sia ne(n)jo gunung; itu ta na Bukit Ageung hulu wano na Pakuan.”
Bait syair dalam tulisan Bujangga Manik, saat melakukan lawatan ke Telaga Warna. Perjalanannya dilakukan saat meninggalkan Pakuan ke arah Puncak melalui Ciawi Bogor, menembus Cianjur melalui Puncak Pass. Dari titik tinggi ia melihat bentang alam Bogor yang dipagari oleh Gunung Salak. Dalam catatanya ia menulis “Tanjakan panjang didaki ku tempuh sedikit-sedikit, Sesampai aku di Puncak, datar duduk di atas batu datar, asyik mengipasi badan. Asyik ia memandang gunung: nah di sana di Bukit Ageung, puncak tertinggi Pakuan”.
Telaga Warna berupa danau dengan luas kelilingnya tidak lebih dari 400 meter. Ukurannya tidak terlalu besar untuk kelas danau secara umum. Disebut Talaga Warna, berada di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Secara administratif berbatasan dengan Cianjur, atau dikenal dengan kawasan Puncak Pass. Kawasannya ini masuk kedalam kawasan Cagar Alam Mega Mendung dan Hutan Hambalang
Dalam tafsiran peta sebaran batuan gunungapi Gede-Pangrago (Situmorang, Hadisantono, 1992), merupakan bagian dari sistem gunugapi Talaga. Disusun oleh lava basal, bongkah-bongkah tuf, dan breksi andesitik mempunyai banyak fenetris piroksen (Efendi, 1974), hasil kegiatan gunungapi Gegerbentang/Megamendung, umur Kuarter Awal. Danau tersebut bisa saja sebagai pusat letusan (kawah), kemudian saat ini tertutup oleh air. Dari posisinya, berhadapan langsung dengan sistem kaldera Gegerbentang tua, sebelum pembentukan sistem gunungapi Gede-Pangrango.
Posisinya berada di ketinggian 1400 m dpl., sehingga berhawa sejuk dan panormanya menawan. Tutupan lahannya didominasi oleh vegetasi yang tumbuh lebat, menutupi lereng terjal G. Talaga di sebelah timurnya. Gawir terjal tersebut memiliki potensi gerakan tanah tinggi, karena disusun oleh produk gunungapi yang berlum terkonsolidasi dengan baik, dan gradien dinding terjal.