Dinding tegak seperti benteng alam, memanjang dari timur barat menaungi dataran tinggi Ijen. Merupakan batas lereng gunungapi purba Kendeng yang pernah berjaya di masa lalu. Kemudian meletus hebat, meninggalkan lingkar kaldera yang kini ditumbuhi gunungapi-gunungapi muda. Dataran tinggi Ijen didominasi oleh puncak-puncak, dataran dan perbukitan. Terdapat gunungapi aktif hingga kini masih memperlihatkan kegiatannya, hingga gunungapi yang telah padam (dorman). Dalam sistem kaldera ini diantaranya adalah Kawah Ijen, dan G. Raung yang masih aktif. Sedangkan gunungapi yang telah padam diantaranya G. Blaum, G. Pawenang, G. Papak, G. Widodaren, G. Lempuyangan, G. Rante, G.Lebu Agung, G. Kukusan, G. Daleman, G. Pedot, G.Cilik, G. Pendil, G. Jampit, G. Genteng, G. Anyar, G. Lingker, G,. Melaten dan G. Merapi. Dataran tinggi ini dibatasi G. Pendil, G. Blawan, G. Blau dan G. Raten di sebelah baratlaut.
Dataran tinggi ini ditanami perkebunan kopi jenis arabika. Varietas unggul yang tumbuh di dataran tinggi antara 1200 hingga 1500 m dpl. Diantaranya kopi Blawan, Jampit, dan Kali Sat. Perkebunan kopi ini telah lama diusahakan sejak masa kolonial. Diawali pendirian pusat pemerintahan di Karesidenan Besuki pda 1856, untuk mendukung perkembangan perkebunan kopi di Bondowoso. Upaya peningkatan distribusi hasil kopi dari dataran tinggi Ijen ke pelabuhan utara Jawa, dibangunlah jalur kereta api dari Bondowoso ke Panarukan. Perkebunan tersebut memiliki luas hingga 11 ribu hektare yang menjadi unggulan komoditas kopi di Jawa Timur. Cikal bakalnya berdirinya perkebunan kopi, seiring dengan penetapan cultuurstelsel tau sistem tanam paksa oleh Belanda. Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada 1830 mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditas ekspor, khsu sunny teh, kopi dan kakao. Wilayah Ijen yang pertama kali dibuka pada 1890-an oleh Gerhard David Birnie adalah sekitar Blawan. Pada masa kolonial disebut kopi Mount Blau. Saat itu komoditas perkebunan sangat menentukan perekonomian Hindia Belanda sejak abad ke-16 atau sekitar 1686 hingga 1699. Bibit kopinya didataangkan dari Malbar, diantaranya ada 13 jenis kopi yang tumbuh subur di dataran tinggi Ijen. Bisa bekembangn karena dataran tinggi ini didominasi tanah subur hasil pelapukan dari bahan letusan gunungapi.
Dataran tinggi Ijen terdiri dari perbukitan gunungapi di dalam sistem kaldera. Lereng dan diantaranya merupakan daerah pengendapan material gununapi. Dari penelitian Kemmerling (1921), membagi bentang alam Ijen menjadi lima satuan.
Diantaranya runtuhan gunungapi Ijen Tua, G. Kendeng, dan G. Ringgit. Keberadaan gunungapi tersebut di atas 2000 m dpl. Kemudian gunungapi sebelah timur termasuk di dalamnya G. Merapi, Kawah Ijen, G, Papak, Widodaren dan Pawenang.
Kemudian berikutnya adalah kelompok gunungapi sebelah selatan, termasuk G. Rante, G. Cilik. Sebelah baratnya termasuk G. Jampit, merupakan bendungan jebol dari G. Raung dan G. Suket. Dataran tinggi ijen dengan kelompok gunungapi parasit yang terdiri dari kumpulan gunungapi yang terletak di tengah-tengahnya. Dataran tinggi Ijen dan gunungapi ukuran kecil seperti G. Kukusan, G. Deleman, G. Pendil dengan kawahnya sedalam 100 meter. Kemudian G. Kenteng, G. Paduan, G. Anyar dan G. Lingker.