Pusaran angin yang membentuk pusaran, berbentuk spiral, disertai turunnya gumpalan awan yang berbentuk corong. Menerjang kawasan pemukiman dan industri disekitar Rancaekek, Kabupaten Bandung dan sebagian Kabupaten Sumedang. Terjadi pada hari Rabu sore, 21 Februari 2024. Dari data BPBD Jawa Barat. terdampak 835 keluarga, dan menyebabkan 33 orang luka dan menjalani perawatan di ruma sakit.

Dari keterangan warga yang menyaksikan, terjadi gumpalah awan hitam yang menggelayut di sebelah timur. Seiring waktu terbentuk buntuk awan yang semakin lama semaikn membesar, berupa pusaran angin. Pusaran angin tersebut bergerak dari arah timur ke barat, melintasi jalan Rancaekek, kemudian menghilang disekitar bagian barat Kahatex.

Peristiwan angin puyuh pernah terjadi pada 1938. Berupa angin kuat yang disertai hujan di atas kota Bandung. Di koran harian umum De Gelderlander, penerbitan tanggal 17 November 1938. Memberitakan angin puyuh di Bandung, ditulis Wolkbreuk boven Bandoeng. Dalam artikel singkt tersebut menjelaskan kondisi langit Bandung bagian timur mendung, Kenudian datang angin puyuh pada pukul 6.30 WIB, pada tanggal 9 November 1938. Awan menggumpal gelap datang dari timurlaut, bergerak di atas G. Bukittunggul. Kemudian melintasi G. Palasari dan G. Manglayang. Kemudian bergerak ke arah selatan melalui Arcamanik. Angin puyuh disertai hujan turun yang disertai kilita menyambar kuat beberapa kali. Beberapa pohon dilaporkan tercerabut akibat hempasan angin puyuh, kemudian ditengah kota disergap oleh hujan deras.

Jalur lintasan angin berolak (tornado), melintasi Pabrik Kahatex di Rancaekek. (c)Deni Sugandi
Arah pergerakan angin berolak, dari timur ke barat melibas pemukiman warga, dan fasilitas industri. (c)Deni Sugandi