Situ yang berada di bawah bayang-bayang G. Gambung, sering disebut Situ Ciaul. Dalam peta lama masih disebutkan Situ Cibitung, di Margamukti, Pangalengan, Kabupaten Bandung. Situ yang keberadaanya kini kian menyusut, akibat diambil untuk kebutuhan perkebunan disekitar situ ini. Menurut warga, menjelang kemarau, belasan mesin penyedok air berlomba menarik air ke perkebunan rakyat yang tersebar di sekitar situ. Luasannya kini tidak lebih dari 0,5 hektar, dan kian menyusut akibat pengambilan air yang tidak terkendali. Selain telah terjadi degradasi di sekitar kawasan ini, termasuk hilangnnya daya dukung ekologis. Sehingga sebagian besar vegetasi telah hilang akibat penyusutan situ secara cepat.

Keberadaan situ ini berhubungan dengan cerita rakyat, bahwa sekitar G. Gambung dihuni mahluk ghoib. Disebut Aul, setengah manusia dengan wujud kepala seperti ajag atau anjing hutan. Ia akan memperlihatkan dirinya, bila lingkungannya diusik dan diganggu. Seperti penebangan liar, penyalahgunaan lahan hingga pemanfaatan lainya yang tidak berwawasan ekologis. Namun keberadaan mahluk Aul tersebut telah kalah oleh kekuatan kasat mata, yang disebut kuasa ekonomi. Sehigga sang penjaga lingkungan tersebut telah mati.

Situ Cibitung/Aul yang kian menyusut, akibat pengambilan air yang tidak terkendali.