Udara dingin menyergap sejak matahari kembali ke peraduan. Kabut turun perlahan dari dinding tegak Gunung Buleud, menyelimuti dusun Bunikasih. Tetesan embunnya hinggap di tubuh yang tidak menggunakan jaket penghangat, sehingga memutuskan untuk kembali ke dalam ruangan rumah warga yang hangat.
Di ruang tamu alakadarnya, Mang Miing sang pemilik rumah menyuguhkan singkong rebus. Panganan tersebut dihidangkan bersama gula aren, ditaburi parutan kelapa dan the panas yang kental. Sarapan pagi tersebut tidak ada yang kurang, walau sederhana tetapi menjadi rumit bila disuguhkan disatu-satunya dusun terpencil jauh dari keramaian.
Rumah mang Miing duduk paling tinggi di atas perbukitan yang selalu disapa kabut setiap pagi. Dari titik ini bisa melihat perumahan dusun Bunikasih, jumlahnya tidak lebih dari 33 atap. Di sebelah baratnya adalah lembah dalam, ditoreh oleh Ci Karuncang yang berasal dari Gunung Orem dan Gunung Buleud. Alirannya kemudian bertemu dengan Ci Leat yang datang dari lereng Gunung Sanggara-Gunung Putri di sebelah utara. Bunikasih merupakan dusun dari bagian Desa Bukanagara, Kecamatan Cisalah, Kabupaten Subang. Sesuai dengan namanya, seperti perkampungan yang tersembunyi diantara puncak-puncak perbukitan.
Kedua sungai tersebut kemudian berdamai dalam aliran utara Ci Punagara, bertemu disekitar Selaawi, Cisalak, Subang utara. Ci Punagara lahir dari lereng kaldera Cupunagara-lereng Gunung Bukittunggul, ditampung dalam kolam mata air Cipabeasan, mengalir membelah perkebunan teh yang hadir sejak kolonial. Alirannya menempuh 147.3 km (PUPR), melintasi tiga kabupaten; Subang, Sumedang kemudian bermuara di laut Jawa wilayah Indramayu.
Mata air mengantarkan asal-usul dusun yang dikepung oleh kerucut dan punggungan gunung. Di sebelah utaranya ditandai kerucut Gunung Kembar, gunung yang memiliki puncak berjajar membentuk kelurusan ke arah selatan – utara. Sebeah timurnya di bawah haribaan Gunung Canggak. Tingginnya menjulang mengkerucut seperti menggapi langit, sekitar 1619 m dpl. gunungapi yang kini telah memasuki masa dorman, dengan klasifikasi C. Kelompok gunungapi di Indonesia yang tidak memiliki catatan pernah meletus, sebelum atau setelah tahu 1600.
Dalam catatan Bemmelen, menuliskan tafsirnya bahwa kelompok pegunungan tersebut merupakan sistem gunungapi purba. Demikain pula Sutikno Bronto menafsirkan bahwa ada dua lingkar kaldera umur Tersier yang berada di sebelah timur Gunung Tangkubbanparahu, Bandung utara. Disebelah barat berupa lingkar kaldera Cibitung umur 59 juta tyl, bersandingan dengan kaldera Cupunagara 36.9 juta tyl. (Bronto, drr., 2004). Dipendapat lainya menyatakan bahwa Cibitung dan Cupunagara merupakan segmen sesar normal.
Salah satu kerucutnya adalah Gunung Bukittunggul. Gunungapi yang berada duduk di sebelah utara dari rangakaian gunungapi selatan Jawa. Keberadaanya lahir dari zona subduksi dari lempeng samudera yang menyusup di bawah lempeng benua. Karena posisi penunjaman tegak lurus, melahirkan gunungapi-gunungapi ganda seperti yang nampak pada saat ini. Di sebelah selatannya ditemui kerucut Gunung Orem. Perbukitan intrusi umur 1.4 juta tyl (Bronto, drr., 2004). Umur tersebut menandakan bahwa kawasan Cupunagara umurnya lebih tua dibandingkan pembentukan Gunung Tangkubanparahu.
Dari dataran tinggi Bukanagara lahirlah Ci Punagara. Sungai yang membelah kota Subang kemudian bertemu dengan laut Jawa di pantai utara Subang. Hulunya berada dilereng selatan Gunung Bukittunggul, sebelah selatan dusun Bunikasih.
Dusun yang terbentuk oleh beberapa jiwa, para pekerja buruh perkebunan kolonial. saat ini menjadi saksi tentang kemegahan alam. Alam pegunungan khas tropis yang dihuni tidak lebihd dari 40 kepala keluarga.