Arak-arakan dalam rangka ulang tahun ke-9 Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, yang dimeriahkan oleh penampilan Seni Celempungan Karinding, Pencak Silat Sukamantri, Degung dan Seni Bebegig. Penampilan Seni Bebegig ini dipagelarkan oleh masyarakat Sukamantri, dari usia muda hingga dewasa. Jumlah Bebegig yang dihadirkan kurang lebih100 orang, dengan bentuk topeng (Kedok Bebegig) yang berbeda. Bebegig ini adalah bentuk kesenian yang hadir pada ritual-ritual yang terkait dengan peristiwa penting di daerah Sukamantri. Berawal dari upacara tolak bala, di makam keramat pada awalnya dipentaskan pada saat perayaan Ratu Belanda pada masa kolonial, kemudian dikembangkan menjadi pertunjukan untuk merayakan hari jadi kemerdekaan RI. Saat ini dijadikan paket pertunjukan, dan dipentaskan pada saat hajatan khitanan, dengan dilengkapi oleh waditra reog. Busana dan properti yang digunakan adalah kedok yang terbuat dari kayu nangka dan warnai beragam, dengan bentuk mahluk dari Bhuana Peteng (mahluk gaib), menggunakan busana yang terbuat dari ijuk, hiasan kepala dari daun Waregu, dan bagian badan dari daun Bubuay (Tanaman merambat, sejenis rotan) dilengkapi dengan Kolotok Munding, berfungsi sebagai iringan dengan bunyi ritmis sesuai langkah. Fungsi sebagai tolak bala.

Menurut keterangan Upung Purwata (69 tahun) dari cerita neneknya kelahiran tahun 1920, seni Bebegig dipagelarkan pada perayaan hari jadi kota-kota di Jawa Barat dan Ratu Belanda. Diperkirakan telah ada sejak tahun 1926-an pada masa kolonial.  Topeng terbuat dari papan kayu yang telah dipotong tipis (Bahasa Sunda Bahbir) hanya ditata seadanya, mempunyai mata, telinga dan mulut.  Topeng diwarnai hitam, putih, merah dan hijau tua, warna-warna alami dan berkesan menyeramkan. Warna tersebut mewakili unsur alami, tanah/bumi, air, udara dan api. Topeng dihias dengan Ijuk (serat pohon nira), bagian atas dihiasi daun Waregu dan kembang Bubuay. Pakaiannya bagian atas dan bawah menggunakan Ijuk. Filosofinya bahwa masyarakat Sukamantri Ngabadan Kawung (seperti pohon kawung yang setiap bagiannya bisa dimanfaatkan) Kolotok  bermakna tanda, bilamana terdengar suara kalung kerbau, menandakan Bebegig datang. Selain itu memiliki makna, kerbau itu penurut, tetapi ketika tersinggung atau terusik, akan mengamuk.

Asesoris bagian atas menggunakan Waregu, berarti leuleus jeujeur, liat tali (seperti joran untuk memancing) yang bermakna bijaksana. Kembang Bubuay yang terlihat berangkai sulit dipisahkan (Bahasa Sunda reyek) yang bearti bersatu. Waregu dan kembang Bubuay berarti harus bijaksana dan bersatu, maka warga Sukamantri harus bijaksana seperti Waregu dan bersatu seperti kembang Bubuay.