Pada masanya, pemuda 16 tahun ini menguasai pasar cetak pas foto langsung jadi di sepanjang jalan Sukajadi. Antrian pelanggan biasanya memenuhi kios kecilnya pada musim pendaftaran masuk sekolah. Siapa yang tidak kenal dengan Joni Kecoy! Kalau mau cetak murah dan cepat, mari disini!

Berawal dari kios kecil sederhana, terletak di ujung jalan Sukajadi-Sederhana. Sudut yang pas dan cocok untuk kegiatan usaha. Disinilah Joni mendirikan usahanya-Joni Photo, yang disingkat JP. Kembali pada tahun 1985 silam, asli kota Tasikmalaya ini mengadu nasib dikota Bandung. Hanya berbekal selembar ijazah lusuh SMP, ia berniat menaklukan kota ini. Tentu saja surat tanda tamat sekolah menengah itu saja tidak cukup. Hanya tekad dan nekad saja yang menjadi bekal.

Terlahir sebagai Joni Alnuri, tahun 1969, kemudian dikenal Joni Kecoy. Meskipun memiliki kekurangan secara fisik, Joni tidak pantang menyerah. Berkat ajakan saudara sekampung, ia pertama kali dikenalkan dengan dunia cetak foto. Pada awalnya, yang hanya bisa dilakukan adalah menjadi asisten. Cucu, saudara jauh dari kampung, mempunyai kios pas foto langsung jadi di Samsat Terusan Buah Batu Bandung. Lokasi ini dianggap strategis, karena para pelanggan menggunakan jasanya untu memenuhi syarat pengajuan surat-surat pajak, yaitu menyertakan pas foto. Bisnis ini dianggap cemerlang pada masanya. Meskipun banyak pula studio pas foto yang tersedia, namun rupanya, untuk cetak langsung belum ada tandingan. Satu tahun lewat, 1986 Joni berniat mengembakan usaha sendiri. Proses inilah yang menguatkfan tekadnya.

Membangun kios pas foto langsung jadi, adalah langkah awal menuju bisnis besar. Meskipun jasa cetak foto dihargai sangat murah, tetap ada selisih untung yang lumayan. Seiring waktu, dengan bantuan saudara satu kampung, ia ditawari menempati lapak di jalan Sukajadi dengan harga sewa yang sangat murah. Kesempatan inilah yang mendongkrak karirnya dalam usaha cetak foto langsung jadi. Masa keemasan pun dialaminya, sepanjang tahun 1988 hingga 1998. Dengan hitungan waktu lima menit, ia bisa menyelesaikan cetakan pas foto, mulai dari, mengurus pembayaran, manajemen, cetak foto, jasa memotret, semuanya ia lakukan sendiri. Sungguh masa subur dalam usahanya. Untuk urusan material, selalu ia beli di Niaga photo suply jalan Braga Bandung. Dengan harga lima belas ribu (sebelum moneter) ia mendapatkan seratus lembar kertas, developer merek Minigrain dan larutan penetap Hypo.

Jenis produk usaha yang ditawarkannya sungguh menjadi idaman pelanggan, selain harga dipatok sangat murah; untuk satu kali cetak pas foto ukuran 2×3 centimeter dihargai seratus duapuluh lima rupiah. Jasa memotret pas foto hitam putih lima ratus rupiah, termasuk negatif satu lembar negatif dan cetak pas foto ukuran 2×3, 3×4 dan 4x6centimeter. Berbekal kamera Canon AE dan Ft, ia meraup untung besar, sehingga mampu menyicil rumah, mobil dan motor.

Mungkin karena hidup membujang, dan tata tertib administrasi usahanya dikerjakan sendiri, lambat laun digerus waktu. Tahun 1998, masa krisis monenter, usahanya semakin sulit untuk bertahan. Puncak merosot omsetnya, setelah kamera digital meulai digandrungi. Secara gradual, usaha Joni redup. Hingga awal tahun 2005 lalu, usahanya dinyatakan bangkrut, karena konsumen berpindah ke studio lain, yang menawarkan cetak warna, murah dan cepat.

Erlarger tua buatan Cina teronggok di atap kiosnya, tampak berdebu dan layu. Tanda jamannya telah lewat. Semenjak tahun 2005, Joni banting stir, menawarkan jasa angkutan barang. Mobil buntung Suzuky Carry 1000cc adalah sisa kejayaannya. Hingga awal tahun 2010 lalu, ia merencanakan kembali dalam bisnis fotografi. Bermodal enam juta rupiah, ia membeli satu perangkat komputer bekas rakitan, monitor, scanner dan printer ukuran A3 baru. Dari langkah baru ini ia menaruh harap, “Tambah kesel aja” katanya, sekaligus menutup perbincangan kami.