Angin menyeruak mendesak sayap wahana yang ditumpangi dua awak, sehingga kemudi hang glider harus diatur agar lajunya stabil. Lajunya mendekati angka 90 hingga 120 km per jam, dengan kemampuan naik 5 meter per detik. Di ketinggian 3.000 meter di atas muka laut, bentang alam begitu memesona, menampilkan rona bumi yang di tatah oleh proses erosi dan cuaca dalam waktu yang lama. Sebuah petualangan di angkasa, menyaksikan bentang alam pegunungan dan garis pantai Jawa bagian selatan, sejauh 400 km menunggangi angin menggunakan wahana trike ultraringan. Pandangan dari ketinggian 3.000 meter di atas muka laut, memberikan kesempatan untuk melihat jalur gunungapi tua dan muda. Punggungan Jawa ini terbentuk sejak 45 juta tahun yang lalu, Umur Eosen Tengah, melalui proses pengangkatan lempeng tektonik yang panjang.
Cahaya pagi tiba menimpa lapangan basah Lapangan Udara Sulaiman, disingkat Lanud Sulaiman – TNI AU. Fasilitas militer yang dikelola oleh Angkatan Udara RI di Margahayu, Bandung, merupakan salah satu pangkalan pendidikan milik TNI AU. Kabut tipis yang menyelimutinya perlahan menguap seiring matahari meninggi, menandakan cuaca baik untuk menebangkan ultralight trike atau pesawat ringan berawak roda tiga (trike), dicirikan dengan sayap berbentuk segitiga memanjang. Dalam aviasi dikategorikan sebagai flex-wing hang glider, atau terbang layang gantung bermesin tunggal. Wahana yang sering digunakan untuk rekreasi, atau kebutuhan lainya yang berkaitan dengan pemetaan dan survey.
Sebelum terbang, petugas pemeliharaan pesawat dan pilot berkali-kali melakukan cek dan ricek, memastikan wahana ini bekerja dengan baik. Suara mesin meraung, seiring baling-baling memutar cepat, menandakan kondisi mekanik berfungsi baik. Pre-flight check menjadi esensial, sebagai standar prosedur yang wajib dilakukan sebelum terbang. Ruang di wahana berawak ini dalam posisi terbuka, hanya di sangga oleh tiga roda, satu roda di bagian muka sebagai pengendali, dan dua di bagian belakang. Ruang kemudi di bagian depan, mengatur sudut sayap agar bisa melakukan manuver. Kemudian kursi belakang diperuntukan co-pilot, yang memiliki akses untuk mengendalikan arah penerbangan. Hanya kursi dan tali pengaman tubuh, selebihnya terbuka.
Keselamatan menjadi penting, seperti alat navigasi dan melapor tujuan perjalanan ke air traffic control/ATC. Sebelum terbang diwajibkan memberikan pernyataan dan data diri dalam form yang telah disediakan pengeloala hanggar. Deru mesin menggerung menggerakan wahana melakukan taxing, menuju landasan pacu dalam posisi line up, ready to take off.. Raungan mesin dua tak itu memekan telinga, apalagi ketika hendak lepas landas. Redam kejut roda bekerja keras, menjajaki landasan rumput yang masih basah dan bergelombang. Tungkai sayap dengan perlahan diangkat ke atas, menangkap aliran udara, seiring dengan pedal gas diinjak, sehingga mendaptkan daya dorong dengan mengatur kombinasi putaran mesin yang ideal untuk naik. Dalam goncangan turbulensi, wahana mendaki tinggi 5 meter per detik, kemudian melayang menembus langit di ketinggian Bandung ke arah selatan.
Pengarungan mengandalkan global positioning system/GPS, perangkat navigasi untuk memandu arah wahana. Di perangkat tersebut bisa mengkalkulasikan waktu terbang, bahan bakar minyak/BBM yang digunakan hingga jarak tempuh. Pengarungan udara berangkat dari Lanud Sulaiman Bandung, kemudian akan mengisi BBM di lapangan udara Nusawiru Cijulang Pangandaran. Ditempuh selama 98 menit, dan membutuhkan 15 liter BBM jenis Pertamax. Selanjutnya dari Pangandaran kemudian menyusuri sepanjang pantai selatan, hingga berakhir di lapangan udara Pantai Depok, Bantul di DIY Yogyakarta. Dalam pengarungan udara jarak jauh ini disebut cross country, atau mendekati jarak tempuh 400 km yang dilakukan dalam satu hari.
Wahana melaju menunggangi angin, bergerak stabil setelah mencapai di ketinggian di batas aman 5.000 feet atau 3 km di atas muka laut. Melaju dengan kecepatan antara 90 hingga 120 km per jam. Hanya awan tebal yang menyelimuti, memberikan jarak pandang tidak lebih dari 1.000 meter, namun secara perlahan kembali cerah setelah lepas di atas Kamojang.
Arah lintasan pengarungan udara, membelah perbukitan dan pegunungan serta gunungapi di sebelah selatan di priangan timur. Bentang alam yang didominasi oleh perbukitan dan lembah, hasil erosi dan ditoreh kuat oleh proses eksogen. Meninggalkan bentukan lembah, perbukitan dan pedataran (peneplain). Panorama yang terlihat dari angkasa, adalah proses panjang geologi. Tenaga endogen dan pengaruh faktor cuaca sebagai pengaruh eksogen, menyebabkan permukaan bumi mengalami pelapukan. Di wilayah endapan volkanik kwarter pegunungan selatan Jawa Barat, daerah yang telah terangkat kemudian mengalami proses denudasi, sehingga terbentuk perbukitan dan dataran.
Jalur wahana kemudian berbelok ke arah timur menyusuri pantai selatan Jawa yang didominasi perbukitan karts. Dalam pembagian fisiografis menurut Bemmelen, (1949)2, garis lintasan melaui dua Zona Bandung yang terbentang dari sebelah timur pegunungan Bayah hingga ke arah timur Tasikmalaya dan berakhir di pantai seltan Jawa Tengah. Zona
Lintasan antara Bandung ke Cijulang, merupakan bagian dari Zona Bandung, dalam pembagian yang dirumuskan oleh van Bemmelen. Zona merupakan daerah tumbuhnya gunungapi, terbentang mulai dari Teluk Palabuhan Ratu, menerus ke arah timur hinga ke Pulau Nusakambangan di sebelah timurnya. Untaian gunungapi di di wilayah ini diantaranya grup Garut. Dataran tinggi Garut dikepung pegunungan dan gunungapi, diantaranya gunungapi kelas A dan masih aktif, diantaranya Gunung Guntur dan Gunung Papandayan.
Di lihat dari angkasa, dataran tinggi Garut yang di kepung oleh perbukitan dan gunungapi aktif. Diantaranya adalah komplek Gunung Guntur. Kerucutnya berarah baratlaut-tenggara, menandakan adanya sesar dengan arah yang sama. Komplek gunungapi ini terdiri dari beberap kerucut dalam satu komplek Gunung Guntur. Kerucut tertinggi adalah Gunung Masigit, 2.249 m dpl., Gunung Agung, 2.170 m dpl., disebelah timurlautnya Gunung Parupuyan dengan ketinggian 2.135 m dpl., kemudian kerucut muda adalah Gunung Kabuyutan tinggi 2.048 m dpl, dan kawah yang lebih muda di puncak Gunung Guntur 1.956 m dpl. Gunung Cikuray merupakan gunungapi dorman, seperti halnya Gunung Kalendong, Gunung Haruman dan Wayang Windu. Digolongkan ke dalam sejarah letusan kelas B, atau tidak memperlihatkan aktivitasnya setelah 1600 atau dalam catatan sejarah.
Begerak kearah selatan, terilihat Gunung Galunggung, di Tasikmalaya. Gunungapi aktif yang dicirikan dengan bentuk kawah bulan sabit, dan terbuka ke arah timur meneggara, yaitu Kawah Siang, Kawah Guntur selebar 700 m4. Menandakan bahwa posisi titik letusannya berpindah ke jurusan tenggara. Aktivitas terakhirnya adalah letusan sepanjang satu tahun, sejak 5 April 1982 hingga 1983. Dilerengnyamelampar perbukitan Sapuluh Rebu, berupa debris avalanche atau gegerpuing hasil letusan besar yang terjadi kurang lebih antara 4.200 – 150 tahun yang lalu, menyebabkan terbentuknya tapal kuda pada bagian timur-tenggara kawah. Pada letusan 1982, menyebabkan bencana pada pesawat British Airways Flight 9, penerbangan dari London Inggris ke Perth Australia. Pesawat tersebut mengalami gangguan mesin akibat melalui jalur abu hasil letusan Gunung Galunggung. Bencana tersebut merupakan informasi baru, bagi industri penerbangan komersial pada saat itu. Bisa terjadi demikian karena abu gunungapi tersebut tidak terdeteksi di layar navigasi pesawat kelas Boeing 747-200. Pesawat bisa didaratkan dengan baik di bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta.
Perjalanan mata dilanjutkan menuju pantai selatan sekitar Cijulang, kemudian melalui teluk Parigi melintasi Tombolo Pangandaran dan Nusakambangan. Morfologi kawasan pantai yang dicirikan daerah landai, berbatasan langsung dengan laut Samudra Hindia, berupa pantai landai hingga curam. Morfologi kawasan ini dalam fisiografi van Bemmelen di kelompokan ke dalam Zona Pegunungan Selatan, terbentang dari teluk Palabuhan Ratu hingga Pulau Nusakambangan. pantainya menjorok ke arah laut, berpasir dengan tingkat abrasi tinggi, kemudian memunculkan bentukan alam berupa gua laut, stack atau pulau yang terbentuk akibat erosi gelomban laut dan pertemuan sungai dengan laut. membawa material lumpur dari hulu, kemudian diendapkan di muara berupa sedimentasi. Dari Teluk Pangandaran, kemudian ke arah timur, melewati muara Segara Anakan, Solok Babakan, Solok Bokong dan Solok Jewata, bagian dari Nusa Kambangan di Cilacap. Nusakambangan disusun oleh batuan karbonat Formasi Kalipucang umur Miosen. Saat ini dimanfaatkan oleh kegiatan penambangan batugamping terbuka, yang dimanfaatkan untuk kebutuhan bahan baku semen. Pulau kecil tersebut sangat terbatas daya dukung lingkungannya, apabila terjadi eksploitasi berlebihan termasuk perubaha morfologi dan perubahan tutupan lahan yang diakibatkan oleh penambangan, akan berpengaruh kepada sumber daya air tanah5.
Lepas dari Cilacap kemudian bergeser ke arah timur, melalui Pantai Menganti Kebumen. Dari angksa terhampar perbukitan karst di Kebumen dengan ketinggian berkisar antara 300-400 meter di atas mukalaut, dengan morfologi berbentuk perbukitan membundar (cockpit). Bentukan tersebut menjadi ciri khas perbukitan karstGombong Selatan, termasuk dalam rangkaian Pengunungan Serayu Selatan6. Kawsan ini sudah menjadi kawasan wisata alam, dan minat khusus penelusuran gua. Hingga kini ditemui 182 gua, 2 telaga, ponor, sungai bawah tanah, air terjun dan sumber mata air.
Pengarungn melintasi Pantai Jetis Purworejo, hingga berakhir di Pantai Parangtritis Daerah Istimewa Yogyakarta/DIY. Bentang alamnya berupa pantai yang memanjang dan berpasir. Disusun endapan pantai umumnya berpasir, kerikil dan kerakal hingga Pantai Depok di Parangtritis. Keunikan yang bisa disaksikan dari kursi wahana trike ultraringan, sesaat akan mendarat di landasan pacu Pantai Depok, adalah perbukitan gumuk pasir. Dikenal dengan Gumuk Pasir Parangtritis yang dipengaruhi oleh tenaga angin (eolian). Pasir halus tersebut merupakan material andestitik, atau pasir besi yang dicirikan dengan kilauan mika. Sebagian berwarna lebih terang, berasal dari kuarsa yang telah diayak oleh gelombang laut, sehingga bersih tidak mengandung lempung.
Dari ketinggian 1.500 meter di atas mukal laut, perlahan turun mendekati landasan pacu Pantai Depok DIY. Pendaratan cukup baik, mengingat hembusan angin samping (cross wind) bisa membahayan pada saat pendaratan. Seiring roda wahana menyentuh landasan pacu, menandakan berakhirnya petualangan susur pegunungan dan pantai selatan Jawa dari angkasa.