Keberadaanya persis di tepi Sungai Jelei, anak sungai Bengalon. Terletak di gawir terjal perbukitan karst Gunung Gergaji. Disebut demikian karena merujuk kepada bentuknya seperti gergaji yang bergerigi. Secara administratif masuk ke wilayah Tepian Langsat, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Liang dalam bahasa lokal, berarti gua batugamping. Sistem gua tersebut memperlihatkan hasil dari proses karstifikasi dan pengangkatannya sangat intensif, dicirikan dengan bentuknya seperti menara. Di dalam gua ini  ditemui ratusan gambar cadas berupa lukisan tangan dan beberapa binatang, yang diperkirakan berusia lebih dari 10.000 tahun lalu. Menurut Pindi Setiawan, peneliti garca, lukisan gua tersebut ada sebagai sarana meditasi, inisiasi dan komunikasi. Para ahli arkeologi percaya bahwa garca (gambar cadas) adalah konstruksi nilai-nilai tradisi masyarakat pendukungnnya. (Clottes, 2000; Flood 1997; Morwood, 2002). Jadi baik tema, imaji yangdi gambar, maupun gaya penggambaran adalah refleksi sepenuhnya dari kejadian-kejadian pada masyarakat pendukungnya. Liang Tewet ini merupakan bagian dari pusat konsentrsi manusia pra-sejarah Kutai, yang menempati Gunung Gergaji dan Kulat. Mereka menggunakan hampir seluruh tingkap pada kedua gunung tersebut, khususnya Gunung Gergaji, bisa dilihat dari sebaras situs: tingkat pertama situs dekat sungai, tingkat kedua situs di tengah tebing atau di danau danau kars di puncak gunung, serta tingkat ketiga situs di puncak punggungan gunung batu. Garca ini diduga dibuat kaum austro-Asiatik yang bermata pencaharian berburu dan meramu tingkat lanjut. Mereka datang sekitar 12.000-9.000 tahun lalu. Secara teoritis, mereka berjalan kaki dari Vietnam menuju Serawak, Sabah, akhirnya sampai ke daerah Sangkurilang.

Punggungan perbukitan Gergaji, disusun batugamping.
Ornamen gua dan lukisan tangan (art rock), dibagian langit-langit (gua) Liang Tewet
Lukisan gua (art rock) berupa lukisan tangan.