Penyematan nama geulis atau cantik/indah, tersebar dibeberapa wilayah Jawa Barat. Dipenutur Bahasa Sunda, geulis dimaknai cantik. Dengan demikian Gunung Geulis adalah rupa bumi yang indah, dan menawan. Menandakan kekaguman budaya pada bentang alam, seperti disebutkan dengan penamaan yang sama. Seperti G. Geulis di Manggahang, Kabupaten Bandung. Kemudian di Sukaraja, Kabupaten Bogor dan seterusnya. Sehingga nama tersebut khusus dirujuk pada nama-nama perbukitan atau gunung.
Seperti halnya G. Geulis di Kamal, Tanjungmedar, Kabupaten Sumedang. Nama tersebut seringkali tertukar dengan nama G. Geulis di Jatinangor. Akibat dua nama yang sama di satu wilayah kabupaten.
G. Geulis yang dimaksud berada di Desa Kamal, Tanjungmedar, Kabupaten Sumedang. Perbukitan soliter yang hadir berdampingan dengan Ci Kandung. Bila datang dari kota Sumedang, melalui Cimalaka. Kemudian dilanjutkan ke arah utara mengikuti aliran Ci Kandung. Sungai utama Sumedang, mengalir dari selatan ke utara. Sebelum mendekati perbukitan ini, selepas Tanjungkerta akan terlihat bentuknya. Berupa kerucut yang tumbuh diantara daratan rendah. Pada peta lama lembar Tjipatra diterbitkan oleh Batavia Topografische Inrichting (1920), puncaknya bersaing dengan Pasir Paseban 482 meter dpl. sebelah baratnya, kemudian Pasir Parikumbang di sebelah utaranya. Keberadaan dua perbukitan ini dipisahkan oleh Ci Muncang, anak sungai kemudian bergabung dengan Ci Kandung. Dari keterangan peta lama lembar Tjiboeroenglang (1910), tinggi G. Geulis dituliskan 565 meter dpl.
Mendekati perbukitan ini, jalananya sempit. Jalan kelas desa, hanya selebar satu kendaraan roda empat. Sehingga diperlukan keterampilan berkendara, bila berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan. Jalannya sebagian besar jalan aspal, dan sebagian lagi terkelupas akibat dasar jalan adalah lempung. Kondisi demikian, seringkali dilaporkan longsor di Desa Tanjungkerta, mengingat batuannya disusun oleh lempung. Kondisi geologi tersebut, menyebabkan sering terjadi gerakan tanah. Terutama jelang musim penghujan, akibat air yang menyusup mengakibatkan lempung hadir menjadi media gelincir. Seperti yang terjadi di Desa Hariang. Budahdaua. Berupa bencana longsor yang terjadi pada bulan Maret 2022. Mengakibatkan jalan penghubung kampung, disektiar Cisumur amblas. Sehingga dibuat jalan alternatif, menghubungkan dua kampung.
Datang dari Desa Kamal, terlihat G. Geulis yang menjulang tinggi. Bagian bawanya ditutupi vegetasi perdu dan pohon tegak. Tetapi bila diihat dari arah utara, memperlihatkan dinding tegak. Perbukitan ini merupakan punggungan memanjang baratlaut-tenggara. Terlihat dinding tegak, setinggi 167 meter dpl. Dihitung dari kaki perbukitan, tepanya dijalan penghubung Desa Tanjungmedar di barat, ke Dusun Tegallaja di bagian timur. Dusun ini berbatasa dengan Ci Kandung. Sungai yang mengalir dari selatan ke utara, kemudian bergabung dengan Ci Punagara.
Warga menyebutnya Gunung Geulis, dimaknai dengan kemegahan dan keindahnnya. Tumbuh besar seperti benteng alam, dengan tinggi 557 meter dpl. Perbukitan ini merupaka intrusi batuan beku, menerobos batuan sedimen Formasi Kaliwangu. Dicirikan dengan batuan sekitarnya berupa lempung. Dalam Djuri (1973), perbukitan tersebut merupakan satuan batuan terobosan (intrusi) batuan beku. Ciri batuan yang tersibngkap berwarna abu terang, diperkirakan merupakan satuan batuan berkomposisi andesit. Batuan ini mengintrusi batuan sedimen Formasi Subang. Berdasarkan dari batuan yang diterobosnya, disimpulkan bahwa intrusi berumur Kuarter. Batuan penyusun Formasi Subang adalah batulempung gampinga, dengan sisispa batupasir tufaa. Batulempung gampingan, abu-abu kehijauan menyerpih, didapati nodul batu lempung gampingan yang mengandung mineral besi. Ke arah timur, disusun oleh batupasir tufaan sisipan batulempung, struktru sedimen paralel laminasi, peralpisan bersusun, silang siur da didapati struktru flue cast. Tersingkap dengan baik disepanjang Ci Kandung, bagian dari Anggota Cikandung Formasi Subang. Umurnya Miosen Akhir.
Perbukitan intrusi batuan beku, terbentuk akibat pembekuan magma dekat di permukaan. Seiring waktu membeku (menjadi padat/batu), kemudian tersingkap oleh kegiatan pelapukan. Proses yang menghilangkan batuan penutup yang lebih mudah lapuk, sedangkan tubuh G. Geulis disusun lava masif. Lebih resisten, tersingkap berupa perbukitan. Membentuk punggungan baratlaut-tenggara, akibat dipatahakan oleh sear yang berah sama. Sebelah selatan berupa blok yang naik, terhadap bagian utara.
Gawir terjal dan tegak di arah utara, merupakan ciri pensesaran yang terjadi pada fase berikutnya. Membentuk dinding tegak, menjulang tinggi hingga telihat jelas batuan peunyusnnya. Berupa lava tebal yang terdeformasi, membentuk rekahan akibat hasil kegiatan tektonik dan pelapukan.
Di bagian bawah perbukitan, didapati beberapa situs keramat. Kepercayaan warga untuk mendapatkan berkah, dengan kegiatan ritus. Dianranya tempat-tempat berupa ceruk yang disusun oleh bongkah batu yang telah telah lapuk. Seperti Gua Balandong, gua Batu Balay, Batu Taman, Batu Kasur. Kemudian tempat keramat berikutnya adalah Lawang Kori. Maknanya merujuk kepada gerbang yang memisahkan dua ruangan, di keraton ada Jawa. Lokasi tersebut hingga kini sering dikunjungi, baik datang dari sekitar Sumedang hingga luar daerah.
Pendakian diakses melalui lereng sebelah utara, melalui jalan perkebunan warga. Sepanjang perjalanan dicirikan dengan hadirnya bongkah-bongkah batuan. Hasil pelapukan, membentuk segmen-segmen bongkah batuan yang saling menumpuk dan saling terkunci. Jaraknya tidak lebih dari 800 meter, melalui sisi sebelah tenggara. Lebih landai, dan mengikuti punggungan. Jalur lainya adalah langsung menuju dinding tegak dari arah timur, melalu jalur terjal. Lebih pendek tetapi seringkali sulit ditembus, akibat vegetasi yang cepat tumbuh. Jalur pendakian ini dicirkan, melalui kelompok pohon bambu, kemudian berjalan terjal mengikuti bongkah batuan hingga teras. Dibagian puncak, pemandangan luas tanpa terhalang oleh pohon. Berupa puncak yang dialasi bongkah lava tebal, telah lapuk. Ke arah timur terlihat Ci Kandung yang mengalir ke arah utara. Bila cuaca cerah, akan tampak kerucut gunung. G. Tampomas, menjulang tinggi yang menaungi Sumedang bagian timur. Ke arah barat terlihat tinggian Rancakalong dan perbukitan purba.
Fungsi perbukitan mencari ciri topografis, mengenali wilayah di Desa Kamal, Buahdua, Kabupaten Sumedang. Selain itu sebagai sistem kepercayaan masyarakat. sehingga keberadaanya menjadi penting. Untuk dijaga kelestariannya, dimanfaatkan sebagai ciri bumi dan manfaat kebudayaan.

