Gunung Bukitcula bila dilihat dari Desa Gunungleutik, bentuknya mudah dikenali dengan ciri kerucut di bagian atasnya. Dari keterangan warga terdapat tiga puncak, puncak pertama disebut ramogiling, kedua Leuit Salawe Jajar, dan puncak tertinggi adalah Baranangsiang. Secara geografis masuk ke dalam dua wilayah kecamatan, yaitu Ciparay dan Arjasari. Dari titik tertingginya menawarkan pesona pengamatan terbaik Cekungan Bandung bagian timur dan kandungan nilai sejarah abad ke-17. Di lereng sebelah utaranya, tepatnya di sekitar Desa Gunungleutik, didapati situs sejarah Dipati Ukur, disebut situs Culanagara. Lokasi tempat persembunyian Dipati Ukur saat dikejar oleh pasukan Mataram Islam, sebelum mengungsi kemudian berpindah ke Gunung Lumbung Cililin di sebelah barat.
Dalam peta Rupa Bumi Indonesia/RBI lembar Pakutandang, menuliskan secara topografi Gunung Bukitcula dengan ketinggian 1073 m dpl. Gunung ini merupakan bagian dari punggungan pegunungan sebelah selatan dari Cekungan Bandung. Seperti pagar alam yang memanjang barat ke timur, menandakan garis kelurusan patahaan, berupa zona lemah yang diterobos oleh proses magmatisme umur Tersier (Bronto, 2006). Berjajar diantaranya timur ke barat, Gunung Geulis +1145m, Gunung Pipisan +1071m.
Dalam hasil laporan lapangan Bronto (2006) satuan batuannya masuk kedalam Kelompok Batuan Gunungapi Baleendah, berumur 3,20 hingga 2,80 juta tahun yang lalu. Bentuk morfologinya berupa punggungan yang memanjang barat-timur dan telah tererosi kuat sehingga memperlihatkan lereng-lereng landai hingga agak curam.
Menuju puncaknya bisa diakses melalui dua arah, dari Sekesalam Desa Pakutandang atau langsung dari Desa Gunungleutik. Pendakian mulai dari landai hingga semi terjal sesaat menjelang puncak. Saat ini menjadi tujuan wisata minat pendakian gunung, dan diusahakan melalui pengelolaan warga Desa. Menjelang puncaknya, sebagian tutupannya telah berganti menjadi ladang masyarakat, dengan demikian memiliki potensi kerentanan gerakan tanah pada masa penghujan. Dilereng timurlaut dibatasi oleh Ci Rasea yang mengalir ke utara, kemudian sebagian airnya dimanfaatkan untuk mengairi sawah di sekitar Ciparay selatan.
Dalam penyebutannya adalah Bukitcula, sedangkan sumber lain menyatakan Bakiculah. Penamaan kata bukit tidak dikenal dalam bahasa lokal, tetapi disebut pasir. Bisa jadi karena bentuknya soliter, satu-satunya kerucut diantara dataran yang lebih rendah, kemdudian dikategorikan sebutan gunung. Dalam keterangan Kamus Geologi, M.M. Purbo-Hadiwidjoyo (2013), menyebutkan bahwa gunung adalah bagian permukaan bumi yang mendongak lebih tinggi dari daerah sekitarnya yang ketinggiannya lebih dari 300 meter, dengan puncak yang nyata dan lereng yang menurut perbandingan curam dengan permukaan berbatu yg cukup luas. Dengan demikian, Bukitcula merupakan bentuk gunung yang tingginya di atas 300 meter diantara dataran yang mengelilinginya, titik terbaik untuk pengamatan bentanglahan Bandung raya.