Pemukiman yang terus tumbuh, mendesak hingga mendekati jurang. Rumah-rumah tersebut berupa rumah tapak, dan ada yang bertingkat. Berada di Kampung Andir, RT03 R06, Desa Gudangkahuripan, Kabupaten Bandung Barat. Berada di jalan utama yang menghubungkan Bandung dan Lembang. Dalam berita dilaporkan terjadi longsor di enam kepala keluarga, di tanah gawir (ragamdaerah.com, 7/1/2025). Terjadi pada 7 Januari 2025, seiring dengan tingginya curah hujan di Bandung utara. Sebelah baratnya dipotong oleh Ci Hideung, sungai yang berhulu di Sukatinggi atau lereng sebelah selatan G. Tangkubanparahu.

Kondisi wilayah ini disusun oleh batuan aliran piroklastik bersumber dari G. Sunda, dan sebelah timurnya berupa endapan jatuhan piroklastik G. Tangkubanparahu (Soetoyo dan Hadisantono, 1992). Sehingga desa ini sebagian besar berupa batuan breksi gunungapi yang belum terkonsolidasi dengan baik (padat).

Sehingga bila turun musim penghujan, air menyusup dari arah jalan raya Lembang. Seiring waktu menjadi bidang gelincir, mengakibatkan terjadinya pergerakan tanah di kampung Andir. Selain itu pembangunan di tepi jurang, sangat membahayakan, karena stabilitas lereng, gradien dan vegetasi yang hilang akibat perubahan tata keolla lahan.

Dengan demikian diperlukan pemindahan atau relokasi, agar tidak terjadi kembali longsor. Akibat penbambahan beban di bagian lereng.

Rumah yang berdesakan, hingga ke tepi jurang.
Sebagian rumah yang hilang oleh kegiatan longsor di Desa Gudangkahuripan.
Lembah Ci Beureum, berhulu di G. Sukatinggi-lereng selatan G. Tangkubanparahu.