Gunung Rakutak disusun oleh batua basal, merupaan hasil pembentukan gunungapi tua. Dalam stratigrafi geothermal Kamojang, gunung ini dikelompokan ke dalam satuan PreKaldera, beramaan dengan G. Dogdog, Andesit Piroksen G. Cibeurem, Piroklastik G. Sanggar, Andesit Piroksen G. Cibatuipis, andesit porfiri G. Katomas, Legokpulus, G. Putro, lava ansesit Pasir Jawa, dan ansesik piroksen G. Kancing.

Gunung Rakutak merupakan gunungapi purba bersamaan dengan Gunung Dano, Gunung Kamasan, Gunung Ciharus, Gunung Beling, Gunung Jawa, Gunung Pedang, Gunung Jahe dan Gunung Cibatuipis. Kemiringan lereng miring-terjal dengan elevasi antara 1150 hingga 1882 m dibentuk oleh proses erosi yang berlangsung secara vertikal, menandakan tahapan geomorfik sangat muda. Gunung Rakutak terdiri dari tiga titik puncak, dengan elevasi tertinggi 1922 m di koordinat 7° 8’50.96″S dan 107°44’2.25″E.

Pendakian bisa diawali dari desa Sukarame, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Total perjalanan 4 kilometer, dengan pergerakan tanjakan normal hingga terjal pada 8oo meter menjelang puncak pertama. Keragamanan tumbuhan di Rakutak dan sekitarnya bisa ditemui tumbuhan pemangsa serangga atau Kantong Semar (GenusNepenthes), ada pula Edelweiss (Anaphalis javanica atau bisa disebut jugaJavanese edelweiss), Ciplukan (Physalis peruviana, Linn.), Anggrek kuning. Untuk Kantung semar, mungkin cukup istimewa karena sekarang-sekarang ini sangat jarang sekali ditemui di gunung. Dalam catatan sejarah bangsa masa kemerdekaan, wilayah di sebalah timur Pacet sebagai markas terakhir DI/TII Kartosuwiryo.

Punggungan G. Rakutak yang tipis, disusun lava pejal. (c)Deni Sugandi
Kerucut G. Rakutak yang ditumbuhi vegetasi hutanhujan. (c)Deni Sugandi