Seni tradisi masyarakat agraris, yang dipagelarkan pada acara ulang tahun kecamatan Sukamantri, di sebelah utara Kabupaten Ciamis, berbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Seni tradisi ini hadir sejak dahulu untuk untuk memperingati hari lahir ratu Belanda dan hari jadi kota-kota di Jawa Barat, kemungkinan hadir sejak masa kolonial. Dimainkan oleh laki-laki remaja hingga dewasa, dengan bentuk topeng warna-warni beragam, berupa buta dari bhuana peteng (mitologi Hindu?). Bebegig bukan merujuk kepada penampakan berbentuk manusia, untuk mengusir hama di sawah dan ladang, tetapi mengandung makna yang berbeda. Bentuk Bebegig tersusun dari ijuk kawung (aren) untuk bagian rambutnya, dilengkapi dengan kembang bubuay dan daun waregu sebagai penghiasnya, kolotok sapi, dan topeng terbuat dari kayu albasiah yang diwarnai beragam, menggunakan cat otomotif. Dana yang dibutuhkan untuk merakit berkisar antara tiga ratus ribu rupiah hingga jutaan, dengan bobot yang beragam, antara empat hingga lima puluh kilogram. Para pemain menggunakan baju yang menutupi lengan dan kaki, biasanya menggunakan sarung tangan, agar ijuk tidak melukai kulit. Pagelaran ini berlangsung dari pagi hingga siang hari, helaran, menyusuri jalan utama Kecamatan Sukamantri, dan diiringi bunyi-bunyian alat musik tradisi.

Bentuk wajah bebegig yang menggambarkan wajah dari bhuana peteng. (c)Deni Sugandi