Gunungapi Guntur, bagian dari tujuh gunungapi aktif di Jawa Barat. Kegiatannya terus menerus dipantau melalui Pos Pengamatan Gunungapi di Sirnajaya, Tarogong Kaler, Garut. Berada di sebelah selatan dari pusat letusan, atau sekitar 5 km dari kawah G. Guntur.

Masuk ke dalam gunungapi strato, disusun oleh piroklastik, dan lava berulang-ulang. Membangun tubuh gunungapi, sejak umur Kuater. Hasil letusannya berupa lava yang saling menindih, lava lama ditutupi oleh lava dari hasil keigatan letusan gunungapi yang lebih muda. Terdiri dari beberapa kerucut, yaitu G. Masigit (2249), ke arah tenggaranya didapati kerucut G. Parukuyan (2135 m), G. Kabuyutan (2048 m), dan G. Guntur.

Rekaman sejarah letusannya dicatat sejak 1690, berupa leutusan besar yang mengakibatknya jumlah korban yang tidak sedikit. Kemudian di tahun-tahun berikutnya, memeprlihatkan letusan dan aliran lava. Pada 1840 terjadi letusan efusif dari pusat letusan kawah Guntur, dengan produknya berupa aliran lava hingga mendekati daerah Cipanas. Ujung aliran lava tersebut membnetuk morfologi tapal kuda. Aliran piroklastik tersebat di sebelah tenggara pusat letusan, dan sebagaian tertutupi oleh aliran lava Guntur yang lebih muda. Pada laporan Belanda, pada tanggal 14 November 1841, terjadi letusan eksplosif yang mengakibatkan 400 ribu batang pohon kopi hancur.

Letusan terakhir tercatat sekitar 1847 kemudian tidak meperlihatkan tanda-tanda aktivitas kegunungapian. Periode perulangannya terjadi antara 1-3 tahun, kemudian fase istiraht antara 6-7 tahun.

Pada 2013, memperlihatkan peningkatan aktivitasnya satu tingkat. Pada rekaman seismik di bulan Januari hingga Maret 2013, menunjukan peningkatan aktivitas (Anggraeni, dkk., 2913). Sinyal gempa tersebut diperoleh dari empat statsiun seismik di Citiis, Masigit, Kabuyutan dan Sodong. Kesimpulannya adalah seismisitas pada G. Guntur masih didominasi gempa-gempa vulkanik dalam, dangkal dan terbaca juga gempa yang berasal dari kerak bumi (tektonik). Sumber gempa berada di kedalaman antara 0.3 km hinga 5 km di bawah kawah, menandakan magma naik ke permukaan.

Ahli gunungapi Sutikno Bronto (1982), membagi satuan morfologi. Diantaranya Daerah Gunung Tua dan Daerah Dataran Bergelombang. Satuan Gunung Tua terletak mengelilingi bagian pusat letusan. Sedakan satuan Dataran Bergelombang menempati di bagian proksimal hingga distal atau lereng gunungapi.

Sebagian besar ditempati produk aliran lava, dengan kemiringan lereng dari 15 hinga 5 derajat. Lava-lava tersebut telah lapuk, endapan piroklastik dan endapan lahar yang diproduksi oleh hasil kegiatan Gunung Tua.

Produk letusan berupa endapan pasir dan batu, menjadi primadona penambangan disebelah tenggara G. Guntur. Hingga kini kegiatan penambangan tersebut telah dihentikan, karena akan menyebabkan dampak longsor di sekitar kawasan. Selain itu, gunugapi ini bisa saja meletus kapan saja, mengingat G. Guntur adalah gunungapi aktif.

Produk lava dari letusan efusif G. Guntur, melampar higga Cipanas Garut. (c)Deni Sugandi
Sisa kegiatan tambang galian C ditenggara G. Guntur. (c)Deni Sugandi