Gunung Sawal merupakan kelas Kaldera. Dicirikan dengan panjang lingkar kalderanya mencapai 12.5 km, melalui hasil taksiran melalui fitur pengukuran di google map. Dari morfologinya berupa bentuk tapalkuda yang terbuka ke arah selatan. Endapannya tersebar ke arah barat, kemudian menutupi plateu Rancah yang semakin melandai ke arah selatan. Dibagian tepian puncak kaldera, dihiasi oleh kerucut-kerucut yang disebut gunung. Diantaranya puncak yang berada di sebelah tenggara, G. Cingambat 1452 m dpl. Kemudian G. Bangkok 1429 m dpl di sebelah selatan, masuk ke wilayah Cihaurbeuti. Puncak utamanyaa adalah G. Sawal 1764 m dpl. (RBI, 2001) yang menjualang tinggi diatara puncak-puncak yang lainya.
Terdapat beberapa sesar normal yang berkembang, diantaranya Sesar Sesa, Sesar Cipanas, Sesar Parsirtamiang dan Sesar Kaliaren. Sesar-sesar tersebut menghasilkan sumber mataair panas yang diperkirakan muncul melalui jalur lemah sesar. Namun belum diketahui, apakah sumber mataair panas tersebut hadir dari sistem gunungapi Sawal atau dari sistem gunugapi api lainya.Perkiraan potensi panasbumi di Gunung Sawal sebesar 25 MW dan cadangannya diduga sebesar 70 Mwe (Soetoyo, 2004).
Gunung ini sebagian besar merupakan hutan alam, digolongkan dalam hutan hujan tropis pengunungan bawah atau Sub Montane Forest yang berketinggian antara 1000 – 1500 m dpl. Luas kawasan Gunung Sawal sekitar 5400 Hektar, telah menjadi kawasan Suaka Margasatwa berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 420/Kpts/Um/1979. Hutan di G. Sawal didominasi oleh famili Fagaceae, Lauraceae, Moraceae, Meliaceae, Rutaceae, Magnoliaceae, dan Euphorbiaceae. Garcinia parvifolia, Ficus variegata, Ficus involucrata dan Macaranga semiglobosa adalah jenis-jenis yang menguasai tingkat pohon dan belta. Sementara itu Straulogyne elongata, Elatostema sinuata, dan Schymatoglotis calyptrata mendominasi tumbuhan bawahnya (Sadili 2012).
Gunung Sawal ini menaungi peradaban yang melahirkan beberapa raja, berkuasa di sebelah timur Jawa Barat. Kebudayaan yang lahir bercorak Hindu di Tatar Sunda. Peradaban tersebut dibuktikan dengan tinggalan budaya yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Diantaranya enam bentuk prasasti dan beberapa artefak lainya. Dari tinggalan tersebut, diyankini bahwa Situs Astana Gede merupakan kabuyutan Kerajaan Galuh.
Pendirian pusat kerajaan Galuh di Galuh Pakuan (Pakwan), berlandaskan kosmologi dan perhitungan bentangalamnya. Dirancang dengan konsep kelokalan serta pemanfaatan topografis dan geologis yang diseleraskan dengan kosmologi lokal.