Menuju kota Lembang dari Bandung, senantiasa padat. Apalagi jelang libur panjang hingga kalendar merah, jalanan padat. Selepas Gedung Isola, bagian dari kampus Universitas Indonesia, disebut ledeng. Disebut demkian merujuk kepada sistem distribusi pipa air bersih, berasal dari utara kota Bandung. Leiding kemudian disebut ledeng, merupakan sistem pengaliran air baku, diusahakan oleh kolonial untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Bandung pada saat itu.
Di sebelah timurlaut dari kawasan Ledeng, sekitar Cidadap didapati rumah penampung air Cibadak. Dikenal dengan Waterleiding Tjibadak, dibangun sekitar 1920-an. Kini dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Daerah tingkat II Bandung, disebut penyadapan air Cibadak. Makna badak sepertinya bukan merujuk kepada binatang mamalia besar, namun bermakna badag atau besar. Air yang mengali dengan debit besar.
Lepas Cidadap, jalanan mendaki menuju arah utara. Dari Negla hingga Gudangkahuripan, jalan sejajar dengan aliran Ci Beureum. Sungai yang berhulu di lereng G. Tangkubanparahu, mengalir di atas hamparan aliran lava. Satu umur dengan aliran lava Ci Kapundung, segmen Curug Dago, hasil letusan efusif G. Tangkubanpahrau sekitar 38-40 ribut tahun yang lalu, kemudian mengalasi sungai. Aliran sungai kemudian bergabung dengan Ci Kapundung, bagian dari DAS Ci Tarum.
Jelang Lembang, jalanan meliuk memotong perbukitan Sesar Lembang. Punggungan yang memanjang timur-barat, ditempati oleh G. Lembang. Dipuncaknya ditempati oleh Sterrenwatcht atau disebut Peneropongan Bintang Bosscha. Bangunan yang berbentuk kubah, dilengkapi dengan teropong, digunakan untuk pengamatan bintang dan planet.
Tiba di Pasar Lembang, kemudian berbelok ke arah utara melalui jalan Jayagiri. Jalan raya desa yang mengantarkan menuju stilasi Junhuhn, berjarak sekitar 700 meter. Dalam peta lama (1941), dituliskan Monuen Junghuhn dan de Vrij. Berupa tinggigan yang berada di utara Lembang, di sebelah timurnya dibatasi oleh puncak G. Putri. Sedangkan ke arah barat diapit oleh lamping (lembah) Ci Hideung. Aliran sungai yang hulunya berada di Kawah Upas G. Tangkubanparahu. Menurut keterangan warga, tahun 80-an, debit airnya tinggi sehingga dibeberapa ceruk terbentuk air terjun. Seiring waktu pengambil alihan lahan dari perkebunan kina menjadi pinus mercussi, menyebabkan airnya berkurang.
Lahan monumen tersebut berada di wilayah admininistrasi Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Bersamaa dengan monumen Junghunn, dibagian belakannya disemayamkan makam Dr. Johan Eliza de Vrij (1813-1898). Ahli kimia yang menampingi penelitan kina, bersama Junghuhn. Secara perlindungan, kawasan tersebut telah dikuatkan melalui penetapan Gouvernment Besluit (GB) No. 6 Staatsblad No. 90 tgl 21 Februari 1919. Surat keputusan tersebut berupa status lahan menjadi Cagar Alam Junghuhn. Dalam penetapan awal luasnya adalah 2.5 hektar. Namun seiring perkembangan jaman, menyebabkan luasnya semakin menyusut. Terdesak oleh pemukiman warga, sehingga menyisakan luas antara 0,6 sampai dengan 0,75 hektar.
