Didapati dua ruas jalan sepanjang 1.7 km. segmen bagian atas atau di utara, dan bagian bawah. Ruan jalan tersebut menghubungkan Tanjungsari ke Sumedang. Melalu perbukitan batuan keras Cadas Pangeran. Dari dua jalur tersebut, jalan mana yang pertamakali dikerjakan?

Nun jauh dipeperangan Eropa, Napoleon digjaya mengalahkan Belanda. Pulau Jawa adalah pampasan perang, sehingga pengusaan Perancis pada1808 hingga 1811. Amanat pertama adalah mempertahankan pulau ini dari serangan Inggris. Sehingga diperintahkan untuk pembangunan jalan Raya Pos Anyer -Panarukan, menghubungkan barat ke timur. Jalan Raya Pos berbelok kepedalaman priangan, dengan tujuan menggerakan ekonomi. Kemudian dirancanglah jalur Bogor-Cianjur-Bandung-Sumedang hingga Cirebon. Segmen di Cadas Pangeran mulai dirintis, dengan cara pelebaran jalan yang telah ada. Jalan yang menghubungkan Andawadak (Tanjungsari) ke Sumedang. Dikerjakan atas perintah dan di bawah penguasaan Daendels (Perancis). Akhir 1811 Daendels diminta kembali ke Perancis, sekaligus mengakhiri pengusaan Perancis atas pulau Jawa.

1811 sampai 1816 Jawa diambil alih oleh kerajaan Inggris. Kemudian pengerjaan jalan atas dilanjutkan, diselesaikan selama empat bulan. Berdasarkan prasasti di jalan atas Cadas Pangeran. “Di bawah pimpinan Raden Demang Mangkoepradja dan di bawah pengawasan (ditulis penelitian) Pangeran Koesoemah Dinata (Pangeran Kornel). Dibuat pada tahun 1811, dibobok dari tanggal 26 November (1811) sampai tanggal 12 Maret 1812.

Bila merujuk kepada surat pemindahan kota pada 25 September 1810, menandakan jalan tersebut dalam pengerjaan. Sehingga keterangan prasasti di atas, adalah proses pengerjaan pembobokan perbukitan Cadas Pangeran, di segmen Ciherang. Sesuai dengan posisi perbukitan yang dibobok, di sebelah timur sekitar kampung Singkup. Bisa disimpulkan, jalan Cadas Pangeran bagian atas yang pertama kali dikerjakan, kemudian bisa digunkanan pada bulan Maret 1812.

Pada saat peralihan kekuasaan ke tangan Belanda, 1816. Diperintahkan untuk pengerjaan jalan bagian bawah. Dikerjakan selama dua tahun, atas perintah dan diresmikan oleh Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip baron van der Capellen. Merupakan Gubernur Hindia Belanda ke-41, di bawah pengusaan Belanda.

Keberadaan jalur bagian bawah dan atas, digambar oleh Deeleman, Charles Théodore pada 1887. Memperlihatkan jalur bagian bawah lebar, dan bisa dilalui oleh pedati atau angkuntan berkuda.

Karena jalannya yang belum sempurna, mengakibatkan rawan kecelakaan angkutan berkuda pada saat itu. Sesuai dengan reportase pada tanggal 1 Juli 1891, di harian Bataviasch Handelsblad. Memberitakan peristiwa tabrakan antar pedati bermuatan garam, dengan gerobak pos. Mengakibatkan kusirnya terpental jatuh dan pingsan.

Apakah dua jalur tersebut digunakna secara bersamaan? Dari kondisi batuan penyusunnya, seringkali terlanda jatuhan batuan atau longsor. Mengingat tebing tersebut disusun oleh batuan gunungapi, berupa breksi lahar. Sumbernya berasal dari G. Karembi, disebelah selatannya.

Dalam novel yang ditulis Tjin Boen Thio, berjudul Anak Siapa?. Terbit pada tahun 1921, mengangkat kisah nyata disekitar pulau Jawa. Kejadian antara 1885 hingga 1940-an. Dalam kisahnya diceritakan Parta yang melakukan perjalan dari Rancaekek ke Sumedang melalui Cadas Pangeran.

Diceritakan kondisi jalannya terjal dan curam, sehingga memerlukan bantuan dua orang untuk mengendalikan kuda. Agar kereta kuda yang digunakannya tidak terguling. Turun hingga Tagog Munding, kemudian tiba di jalan yang datar hingga Sumedang.

Dengan demikian bisa diperkirakan, jalan bagian atas merupaka jalur pertama yang dikerjakan. Tetapi membutuhkan waktu dan tenaga, karena pengerjaan secara manual. Diceritakan dalam novel yang ditulis Pramoedia Ananta Toer, merengut nyawa pekerja hingga 5000 orang. Sehingga muncul perlawanan warga Sumedang, melalui penggambaran patung yang terletak di awal simpang jalan Cadas Pangeran.

Patung petemuan antara Pangeran Koesoemah Dinata dan Daendels. Tangan kanan pangeran memegang keris, dan tangan kiri menjabat Gubernur Hindia Belanda. Peristiwa tersebut diragukan, mengingat tidak ada laporan tertulis yang memberikan informasi pertemuan tersebut.

Jalan bagian bawah dikerjakan melalui perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda, van der Capellen. Kemudian selesai dan bisa dilalui menjelang 1890-an. Penyempurnaan dilakukan pada tahun 1990-an, dengan menggunakan teknologi jembatan gantung, disebut cantilever.

Lembah Cipeles, lereng terjal yang diusahakan menjadi jalan Cadas Pangeran (kiri). Foto: Wijnan Kerkhoffen
Peta lama 1911 yang menggambarkan dua rua jalan, dan perbandingan lukisan lama dan foto.