Cekungan Bandung dikepung gunung dan perbukitan. Di sebelah timur dikuasai tinggian-tinggian kerucut gunung, termasuk kelompok pegunungan tua yang menempati sekitar segmen timur. Diantaranya Kareumbi-Puncakanjung-Calangcang adalah kelompok gunung di sebelah timur Cekungan Bandung. Morfologinya tererosi lanjut, dicirikan hadirnya perbukitan yang membentang dari barat ke timur membentuk punggungan landai, jejak depresi kawah dan berbukit-bukit. Beberapa puncak hadir menandai sub kelompok gunung yang tersebar dalam lingkar kelompok gunung tersebut.
Secara administratif masuk ke dalam tiga wilayah pemerintahan daerah. Antara Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Bandung disebelah barat, dan Kabupaten Garut di timur. Sehingga apabila menghubungkan tiga wilayah tersebut, terbentuk garis segitiga imajiner pegunungan. Dicirikan dengan puncak-puncak yang tersebar, menandai sub kelompok gunung G. Kareumbi dengan puncaknya Kerenceng 1754 m dpl. di sebelah barat, G. Puncakkanjung 1696 m dpl. di sebelah utara, dan G. Calangcang 1667 m dpl di sebelah timurnya.
Tiga gunung tersebut merupakan gunungapi yang pernah aktif di masa lalu, termanifestasi sebagai gumuk dan khuluk. Ditandai dengan bentuk kawah dan pusat letusan, walaupun tidak lagi menunjukkan bentuk seperti gunungapi muda. Bentang alamnya dibangun batuan gunungapi, memperlihatkan dataran bergelombang, perbukitan yang telah tererosi kuat yang mencirikan gunugapi purba. Ciri lainya adalah tidak tampak lagi aktivitas permukaan seperti lapangan kawah, kegiatan alterasi hidrotermal akibat telah tertutup oleh vegetasi. Sedangkan batuannya tersusun perselingan lava dan breksi piroklastik.
Tidak ada rekaman yang mencatat aktivitas gunungapi ini. Baik itu setelah maupun sebelum 1600 masehi, sehingga diklasifikasikan tipe C. Gunungapi yang kini memasuki tahap istirahat panjang, karena kantong magmanya (magma chamber) tidak lagi di suplai magma. Terbentuk akibat aktivitas penunjaman (subduksi), tektonik samudera Indo-Australia yang menyusup di bawah tektonik benua Eurasia. Pergerakannya antara 6-10 cm per tahun, mendesak terus ke arah utara hingga kini. Sehingga tidaklah mengherankan bila sering terjadi gempa seperti di Sumedang awal tahun 2024.
Pada peta lama gunugapi purba ini dibagi menjadi tiga kelompok sub gunungapi. Seperti ditulis di peta West Java (1905), Topographische inriditing, koleksi Kaartenverzameling Geografisch Instituut vrije universiteit menuliskan G. Karoembi 1682 m dpl. dan G. Tjalangtjang 1663 m dpl. Kemudian dalam keterangan peta Indonesia topographic Maps/AMS (1945), lembar Jakarta. Menyebut jajaran gunung di sebelah timur Bandung adalah Gunung Kareumbi 1689 m dpl. di sebelah barat, G. Puncakanjung 1698 m dpl. di wilayah utara dan sebelah timurnya adalah G. Calangcang 1667 m dpl. Dengan demikian dari dua peta tersebut menunjukan tiga sub gunung dalam satu kelompok morfologi, sedangkan dalam litologinya (batuan penyuusn gunungapi) berbeda.
Untuk Umur batuannya, atau kapan gunungapi ini mulai hadir disinggung oleh Silitonga pada Peta Geologi Lembang Bandung (1973). Dari umur batuan dibedakan atas dua bagian, satuan yang menempati fasies (pembagian morfologi gunungapi) adalah hasil gunungapi muda disusun aliran lav (Qyl). Sedangkan di lereng hingga kaki gunungnya disusun hasil gunungapi muda tak teruraikan, disusun pasir tufaan, lapili, breksi, lava aglomerat (Qyu). Kedua litologi (batuan penyusun) berumur Kuarter. Sedangkan menurut Soetoyo dan Hadisantono (1992) dalam Peta Geologi Gunungapi Tangkubanparahu, satu umur dengan pembentukan G. Manglayang, sekitar umur Kuarter Tengah.
G. Kareumbi merupakan gunungapi tipe stratovolcano yang dicirikan dengan material gunungapi yang diendapkanya berlapis-lapis. Titik tertingginya adalah puncak Kareumbi barat, puncak Kareumbi timur dan puncak Kerenceng. Tinggian Kerenceng yang tajam yang bisa diartikan saréngseng, dalam bahasa Sunda berarti bagian ujung bambu yang tajam. Makna yang disematkan pada puncak G. Kareumbi, Sumedang. Sarengseng mengalami peluluhan fonem (bahasa), dilafalkan menjadi karénceng/kérénceng.
Gunung Kareumbi dengan puncak Kerenceng paling sering dikunjungi, menjadi tujuan populer para pendaki di kawasan Bandung timur. Menurut petugas basecamp Jambuaer, diperkirakan antara 100 hingga 180 orang mendaki setiap minggunya melalui jalur pendakian dari sisi sebelah selatan. Penguasaan wilayah nya berada di pengelolaan Taman Buru Masigit Kareumbi (TBMK), Taman Buru Masigit Kareumbi (TBMK) adalah satu-satunya kawasan konservasi dengan fungsi sebagai Taman Buru di pulau jawa, dengan luas 12.420,70 ha yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 298/Kpts-II/998 tanggal 27 Februari 1998. Kawasan konservasi yang dikelola untuk perlindungan dan pemanfaatan sumber daya hayati, diantaranya melalui pengembangan wisata buru khususnya rusa jawa (Rusa timorensis). Namun untuk jalur pendakiannya dikelola secara swadaya, melalui sukarelawan di Dusun Jambuaer. Cimanggung, Kabupaten Sumedang.
Jalur pendakiannya dikategorikan moderat, kemudian terjal saat mendekati puncak. Perbedaan ketinggian atau elevation gain dari di basecamp ke puncak sekitar 629 meter. Dimulai dari ketinggian 1125 m dpl. melawati empat titik pos. Jarak tempuh 3.5 km, dengan jalur pendakian setapak, landai dan terjal menuju puncak. Durasi waktu pendakian beragam, namun rata-rata diantara dua hingga tiga jam itu pun dalam kondisi tidak terburu-buru.
Selepas dari basecamp Jambuaer, menapaki jalan kampung ke arah utara. Membelah perkebunan warga yang semakin mendesak ke arah lereng gunung. Melewati Pos 1 vegetasi mulai berganti, dari pemanfaatan lahan pertanian ke wilayah batas hutan produksi, dicirikan dengan didapati tegakan-tegakan pohon pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vries). Pohon kayu tegakan ini mudah sekali dikenali, dan mendominasi jalur pendakian. Jenis pinus ini menjadi unggulan di wilayah produksi Perum Perhutani, khususnya di pulau Jawa. Selain berfungsi sebagai pohon peneduh, memiliki manfaat untuk disadap getahnya. Bila memperhatikan jalan setapak yang ditumbuhi pohon pinus, cenderung aman dari gangguan longsor karena akarnya menahan erosi.
Menjelang Pos 2 jalur pendakian cenderung bersahabat. Jalan setapak landai disusun tanah berwarna merah hasil pelapukan abu gunungapi. Memasuki jalur yang terbuka dan ditempati padang rumput, semak belukar seperti kirinyuh serta alang-alang. Wilayah khas bekas lahan produksi atau ladang masyarakat di jalur pendakian. Menjelang Pos 3 jalan setapak dinaungi oleh pohon pinus, dan bagian dasarnya didominasi oleh kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium). Tumbuhan invasif yang tersebar di sebagian besar lereng G. Kerenceng, antara Pos 1 ke Pos 3 atau berada di atas diketinggian antara 1200 m mdpl.
Jalan pendakian antara Pos 3 ke Pos 4 secara teknis menapaki punggungan sempit. Kurang lebih selebar satu langkah orang dewasa, kiri dan kanannya merupakan gawir terjal. Sehingga diperlukan ekstra hati-hati, mengingat jalur setapak disusun oleh batuan lepas. Berupa tuff hasil kegiatan letusan gunugapi, berupa fragmen piroklastik yang telah membatu. Di Sebagian tempat telah lapuk, sehingga menjadi rapuh dan lepas saat dipijak.
Di Pos 4 ditemui bongkah-bongkah lava pejal yang terderformasi. Tersingkap menghiasi pos terakhir ini, berupa kumpulan batu lava yang berwarna abu terang yang diperkirakan berkomposisi andesit. Sebagian membentuk struktur kekar dan sudah lapuk. Kehadiran endapan lava diperkirakan hasil aliran lava pada kegiatan letusan efusif, dari pusat letusan di sebelah utara. Mencirikan bahwa G. Kareumbi disusun oleh perselingan piroklastik dan lava.
Menjelang puncak dipisahkan oleh jalur punggungan yang sempit diapit jurang dalam. Disusun oleh batuan lepas yang disusun oleh tuff yang telah lapuk, dan di beberapa tempat ditemui aglomerat atau bom gunungapi yang telah membatu. Diperlukan ekstra hati-hati, terutama mereka yang belum terbiasa berjalan meniti punggungan sempit. Di jalur ini vegetasinya ditumbuhi khas tanaman perintis, menandakan tanahnya mengandung unsur hara buruk. Ditumbuhi diantaranya tumbuhan karnivora seperti kantong semar (Nepenthes). Tumbuhan ini bisa tumbuh menapi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainya. Sebarannya tidak terlalu luas, karena membutuhkan kelembaban tinggi dan cahaya tingkat menengah hingga tinggi. Tanah tempat tumbuhnya kantong semar ini biasanya miskin hara dan asam. Untuk jenis yang ditemui di puncak Kerenceng tumbuh sebagai epitif seperti N. inermis yang tumbuh tanpa bersentuhan dengan tanah.
Dalam kondisi cuaca cerah bisa melayangkan pandangan mata ke segala arah. Dikaki G. Kareumbi bagian selatan ditempati Cimanggung, sebagian dataran tinggi wilayah Sumedang selatan. Kemudian di bagian barat jajaran pegunungan-perbukitan yang menghiasi Cekungan Bandung. Diantaranya G. Manglayang, G. Palasari. G. Bukittunggul. Kemudian di selatan terlihat pegunungan dan gunungapi kelompok Garut, diantaranya G. Guntur. G. Papandayan dan G. Cikuray. Di sebelah baratdaya tampak samar-samar adalah G. Ceremai, gunungapi aktif tertinggi di Jawa Barat. Kemudian kerucut G. Tampomas di sebelah utara.
Puncak Kerenceng merupakan pertemuan tiga punggungan, membentuk titik tinggi yang menyisakan ruang berupa platform tidak lebih seukuran empat kali meja makan. Puncak sempit dimaknai saréngseng dalam bahasa Sunda, berarti bagian ujung bambu yang tajam. Sarengseng mengalami peluluhan fonem (bahasa), dilafalkan menjadi karénceng/kérénceng. Puncak Kerenceng adalah titik terbaik untuk melihat kembali sejarah G. Kareumbi. Gunungapi yang pernah aktif di masa lalu, memiliki titik puncak lebih dari 2000 meter lebih. Kawahnya berbentuk tapal kuda terbuka ke arah utara, dibatasi dinding kawah sepanjang 6.5 km. dari Cikarias di sebelah barat, dan Sukajaya di bagian timur. Tinggi dinding kawahnya antara 800 m hingga 1200 m, melandai ke Cinanggerang. Perkebunan yang memiliki bentang alam berbukit-bukit bergelombang, disusun oleh material rombakan hasil longsoran gunugapi. Di antara lingkar kawah didapati kerucut G. Pangukusan 1558 m dpl. Diperkirakan merupakan sumbat lava bagian dari sistem G. Kareumbi yang berumur lebih muda atau fase pembentukan berikutnya.
Pendakian G. Kareumbi menawarkan ragam narasi, baik sejarah bumi, vegetasi hingga sejarah kebudayaannya. Sehingga pendakian ke puncak Kerenceng, bisa menambah pengetahuan dan pemahaman untuk memuliakan bumi melalui pendakian singkat ke puncak Kerenceng.