Selepas Cipelah jalanan menurun, menandakan wilayah tersebut adalah puncak jajaran gunungapi selatan Jawa Barat. Jalan kelas kabupaten ini tidak terlalu lebar dan cukup memadai, karena dibeberapa tempat telah dibeton. Namun menjelang perbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur, jalan menjadi curam dan turun ke arah selatan.
Sebelum Cipelah panorama didominasi perbukitan yang ditumbuhi perkebunan teh Sinumbra. Warisan perkebunan kolonial sejak akhir abad ke-19. Melampaui Cipelah bentang alamnya berbeda, berupa lembah yang dalam, diapit dua gawir terjal arah utara selatan. Bila jatuh pada musim penghujan, gawir terjal di sebelah utara mengalirkan air terjun yang menawan. Jatuh dari ketinggian antara 200-300 meter, membentuk tirai air bila disapu angin. Bukan hanya satu dan dua, namun belasan air terjun yang menghiasi gawir terjal sepanjagn Cipelah hingga Pasirkuda.Diantarnya Curug Cipelah, Curug Tilu, Curug Cisabuk, dan Curug Citambur yang semuanya awal mulanya dari mata air sekitar lereng G. Kendeng 1765 m dpl. dan G. Putri 1460 m dpl.
Semua aliran airnya jatuh ke Ci Buni, sungai yang membelah amfiteater Karangjaya. Mengalir mengerosi da bergabung dengan Ci Sadea yang bermuara di Pantai Apra Sindangbarang. Sungai ini memiliki panjang 109 km, hulunya di lereng G. Patuha.
G. Kendeng merupakan gunugapi dorman (purba), jajaran gunungapi Jawa Barat selatan yang kini telah padam. Merupakan gunungapi stratovolkano, dengan bentuk kawah tapal kuda, membuka ke arah baratdaya. Di peta geologi Lembang Cianjur (Koesmono dkk., 1996). Batuannya disusun oleh produk gunungapi berupa aliran lava berselingan dengan endapan lahar berupa breksi andesit dan breks tuf (Ql, k,w). Kontak dengan endapan piroklastika yang tak terpisahkan dengan umur lebih tua produk G. Parang umur Pliosen (Qtv). Di gawir terjal Curug Citambur, telihat bidang perlapisan perselingan hasil kegiatan gunungapi. Tebing tegak tersebut sekitar 120 meter, disusun oleh bidang perlapisan tebal produk G. Kedeng.
Curug ini terletak di Desa Karang Jaya, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur. Bisa ditempuh dari Bandung, melalui, Rancabali, PTPN VIII Simumbra, Kecamatan Cipelah-perbatasan antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur. Kemudian dilanjutkan ke arah selatan, Citambur, Kabupaten Cianjur. Pintu masuk wana wisata, disambut oleh Rawa Soro, sumber mata air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan aliran irigasi, yang berasal dari mata air (bukan dari aliran Ci Tambur). Lokasi masuk persis seberang Desa Karang Jaya. Wana wisata Curug Citambur ini dikelola oleh PTPN VIII, melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), sebagai operator yang berbasiskan masyarakat setempat. Penyebutan nama Citambur, bisa jadi karena suara air yang dicurahkan dari ketinggina lebih dari 120 meter berbunyi seperti tambur (alat musik pukul). Menurut keterangan warga, airnya tidak pernah kering, mengalir sepanjang musim.
Sungainya berasal dari lingkar kaldera G. Kendeng. Ci Tajur di Gunung Kendeng, kemudian mengalir hingga 15 km melalui hutan dan perkebunan teh, kemudian melebur di Curug Citambur.