Bila berangkat dari Kota Garut ke Bandung melalui jalan provinsi, diarahkan melalui Tarogong, Leles dan Kadungora. Jalan raya tersebut sejajar dengan jalur kereta api, menghubungkan dari Bandung ke Yogyakarta, melalui Cibatu Garut. Garis jalannya tegak dari selatan ke utara, kemudian berbelok ke arah barat, setelah bertemu dengan jalan Cagak di Nagreg.
Mendekati Tanggulun, jalannya mulai berkelak-kelok mengikuti kontur perbukitan. Terutama di sekitar Gandamekar. Kondisi jalannya mendaki, kemudian turun sedikit terjal mengikuti lembahan sektar Lebak Jero. Disebut demikian, untuk menggambarkan lembah yang dalam hasil kegiatan pengerosian. Ditebing tersebut memperlihatkan hasil endapan gunugapi gunungapi muda (Alzwar, dkk, 1992), berupa susunan piroklastik, breksi dan lava. Diendapkan miring, mengikuti kontur lereng gunung.
Disepanjang jalan yang dilalui, terlihat susunan batuan vulkanik yang diendapkan dan membentuk dinding tegak akibat dipapas untuk pembangunan jalan. Berupa celah sempit yang dibuka, untuk mengurangi gradien jalan agar tidak terlalu terjal.
Kiri dan kanan jalan dibatasi oleh tebing, berupa dataran antar gunungapi Mandalawangi sebelah barat, dan G. Kaledong ditimur. Dua sistem gunungapi yang tumbuh di dataran tinggi Garut, hadir dalam waktu dan kegiatan kegunungapian yang berbeda. G. Kaledong ditafsirkan sebagai gunungapi monogenetik, bersamaan dengan G. Haruman. Bagian dari kelompok gunungapi umur Kuarter Muda, diantaranya G. Papandayan, G. Cikurai, G. Masigit dan G. Kaledong. Sedangkan kelompok gunungapi yang lebih tua dibentuk sekitar Kuarter Tua, G. Papandayan Tua, Komplek G. Guntur, G. Malabar Tua.