Pembentukan cekungan antara di Jawa Barat, secara umum dikelompokan menjadi anticlinal collapse basin, half grabben basin, flexure subsidence basing, pull apart basin dan paleovolcano crater (Sunardi, dkk., 2023). Kehadiran cekungan-cekungan tersebut terdapat di sekitar area Cicalengka dan Nagreg di sebelah tenggara kota Bandung.

Bila berkendara dari Bandung ke arah timur, kemudian menyeberangi jalur kereta api Nagreg. Di sebelah selatannya terlihat kerucut G. Sangianganjung di wilayah Kendan. Kemudian jalannnya menurun sedikit curam, melewati TPA Cinangka, menuju percabangan menuju Tasikmalaya dan Garut. Kondisi bentang alam tersebut ditafsirkan sebagai cekungan yang dikelilingi oleh gunung-gunung dan perbukitan.

Dari keterangan Budi Brahmantyo dkk., (2001), terdapat cekungan antaran Cicalengka-Nagreg berada di atas ketingginan 850 m dpl., yang difafsirkan lebih tinggi dari paras Danau Bandung Purba sekitar 725 m dpl. (dam et al., 1996). Wilayah tersebut merupakan intermountain basin, yuan gdikelilingi oleh G. Mandalawangi disebelah selatan, G. Buyung di sebelah utara dan G. Kaledong lebih ke tenggara.

Bila cekungan tersebut sebelumnya pernah ditempati badan air, perlu pembukian keterdapatan endapan danau (lacustrine). Endapan tersebut mengisi dasar danau. Seperti halnya hasil penelitian Dam pada saat melakukan pemboran di beberapa tempat di Cekungan Bandung.

Keberadaan endapan danau tersebut belumlah pasti, namun bisa diduga bila menapaki jalanan yang menurun di sekitar Nagreg didapati klastika gunungapi dan endapan aluvial.

Arah pandang barat ke timur, jajaran G. Sangianganjung dan G. Mandalawangi. (c)Deni Sugandi
Puncak G. Sangianganjung dengan latar G. Mandalawangi (c)Deni Sugandi