Kubah yang dilihat dari selatan dari cikubang Barat, ke arah utara. Terlihat jajaran kubah G. Lembu 668 m dpl, G. Parang 915 m dpl, G. Bongkok (Bangkok) 970 m dpl dan G. Cupu 401 m dpl., G. Cilalawi 512 m dpl. Rata-rata ketinggia perbukitan kubah tersebut, di bawah 1000 meter Kemudian disebelah baratnya G. Dindingari 885 m dpl. Dalam fisiografis Jawa Barat, terletak di Zona Bogor, merupakan jalur antiklonirum yang rumit.
Perbukitan berbentuk kubah tersebut seperti penjaga danau buatan Jatiluhur. Bila berkesempatan mengunjungi danau buatan ini, akan melihat bentuk-bentuk kubah yang berdiri megah. Menaungi badan air yang luas, sekaligus menjadi penanda alam. Beberapa tinggian tersebut dimanfaatkan menjadi wisata minat khusus, seperti pendakian dan pemanjatan untuk umum. Diantaranya G. Parang dan G. Lembu.
Sekitar wilayah Sukatani, Purwakarta didominasi batuan yang dihasilkan oleh kegiatan volkanisme. Dicirikan dengan bentang alamnya yang ditempati perbukitan yang disusun oleh batuan beku. Merupakan batuan terobosan (intrusi) batuan beku (ha). Diperkirakan umur Tersier, disusun oleh Andesit Horenblenda dan Porfir Diorit Horenblenda (Sudjatmiko, 1972).
Dari keterangan Soeria dan Armaja dkk., (1994) umur batunnya kurang lebih sekitar 2 juta tahun yang lalu, atau antara Pliosen menerobos batuan yang lebih tua. Satuan batuan lempung tersebut diterobos oleh magma, dipengaruhi oeh perubahan jalur magmatik antara Tersier hinga Kuarter. Arah pergeraknnya ke arah utara. Batuan tersebut merupakan batuan sedimen yang diendapkan pada Miosen Akhir hingga Pliosen Awal. Satuan batulempung tersebut diendapkan pada lingkungan neritik, yang dicirikan ditemukannya mikrofosil pngkton dan bentos. Kemudian seiring waktu, pada Pliosen kemungkinan terjadi berubah menjadi lingkungan darat (Martodjojo, 1984). Terjadi pendangkataln disertai pembentukan perlipatan yang disusul Sesar Menganan Ci Bendul yang diperkirakan terjadi pada umur Pliosen.
Gunung ini merupakan hasil kegiatan intrusi magma, kemudian seiring waktu yang sangat lama membeku dekat dengan permukaan. Kemudian karena sifatnya yang lebih keras, kemudian tersingkap ke permukaa bumi, akibat kegiatan erosi dan pelapukan oleh cuaca. Disekitar Plered, perbukinta intrusi ini secara masif menuju punah, hilang karena menjadi primadona penggalian batu-pasir hingga kini.