Selepas reformasi yang menggema seantero negeri. Jauh episentrum bahana tumbangnya oder baru. Sancang menjadi telangjang. Setelah lebih dari 32 tahun tindakan represif pemerintahan Soeharto, rakyat Garut selatan menagih janji kesejahteraan.

Gema mesin potong modern chainshaw berlomba dengan jeritan mamalia dan primata penghuni Sancang, Garut. Hampir 200 hektar lebih tutupan hutan pantai hilang dalam hitungan malam. Dari tepi jalan pantai selatan Garut-Tasikmalaya masih ranum hijau. Namun bila menembus sedikit ke pantai Cipangisikan, hutannya hilang. Kang Adang kuncen Sancang menangis dalam diam, karena Kaboa hilang, diganyang pembalak liar yang terorganisir.

Kawasan ini masuk kedalam Cagar Alam Leuweung Sancang, luasnya sekitar 2.157 Ha, secara administrasi masuk ke wilayah kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Ditetapkan melalui SK Menteri Pertanian No. 370/Kpts/Um/6/1978 tanggal 9 Juni 1978.

Kawasan ini mempunyai konfigurasi umum lahan yang datar-hanya terdapat tebing-tebing curam di sebagian pesisir pantai khususnya di daerah sebelah timur yaitu wilayah Karang Gajah (salah satu daerah di hutan Sancang yang berada di pesisir pantai). Hutan ini mempunyai temperatur rata-rata 27’C. Untuk jenis material tanahnya, hutan Sancang memiliki material tanah berpasir dan tanah gambut di bagian pesisir, sedangkan di daerah yang mempunyai radius 200 m dari garis pantai memiliki material tanah daratan pada umumnya yaitu tanah hitam berbatu. Kualitas lingkungan dan kebersihannya pun masih terjaga, walaupun dibagian timur (pesisir wilayah Hutan Sancang) terdapat pondok nelayan yang menetap dan memanfaatkan lahan di area konservasi ini.  Apabila dilihat dari segi visabilitis, hutan Sancang memiliki tingkat pandang yang bebas dengan panorama alam yang indah, namun apabila berada di dalam hutannya, maka akan sulit untuk melihat kearah pantai karena susunan tumbuhan / pepohonan di Hutan Sancang sangat rapat. Sedangkan daya tarik yang terdapat di Hutan Sancang adalah Hutan asri dengan ekosistem yang unik dan pemandangan alam indah, serta terdapat hutan bakau, sungai, berbagai jenis flora dan fauna, dan terdapat gugusan-gugusan batu yang menimbulkan panorama alam yang unik. Flora dominan yang terdapat di Hutan Sancang antara lain ; pohon ketapang, pohon bakau, tumbuhan Sorea, serta jenis tumbuhan lain yang beragam jenis termasuk pohon Meranti merah dan pohon Kaboa yang langka.

Berjalan melintasi Muara Cipamingkisan, menapaki bibir pantai kemudian berakhir dibongkah-bongkah batuan berwarna gelap dan runcing.  Batuannya keras, dierosi gelombang ombak sejak umur Miosen Atas (Sukamto, 1975). Disusun oleh batupasir tufan, tuf batuapung, batulempung, konglomerat dan lignit, bagian dari Formasi Bentang (Alzwar drr., 1922).

Batu sedimen klastik yang berbentuk binatang gajah di Karang Gajah, sebelah timur muara Cipangisikan, Cibalong, Sancang, Kabupaten Garut. ©Deni Sugandi
KABOA SANCANG Hutan Sancang adalah hutan yang dilegendakan sebagai tempat Tilem (tempat hilangnya/ dalam agama hindu “Moksa” dalam sunda “Ngang Hyang” ) Prabu Siliwangi. Kayu Kaboa yang dipercaya memiliki kisah yang berkaitan dengan ngahiang Prabu Siliwangi. Dalam bahasa latin, kaboa (Aegiceras corniculata) merupakan endemik bagi kawasan ini. ©Deni Sugandi
Muara Cipangisikan, Sancang ©Deni Sugandi