Masyarakat buruh perkebunan Kina PTPN VIII Bukit Tunggul di desa Cipanjalu, menyebutnya Situ Putri atau Lembah Tengkorak. Sebagian lagi menyebutnya Danau atau Situ Urug. Lokasinya tersembunyi di lembah Gunung Pangparang 1957 meter di atas permukaan laut. Berbatasan dengan dua dua wilayah administrasi, sebelah barat masuk ke dalam wilayah Kecamatan Cilengkrang, Bandung, dan Kecamatan Tanjungsari Sumedang di sebelah timurnya,
Di sebelah baratlaut dibatasi oleh Gunung Bukittunggul, dan di sebelah baratdaya dibatasi oleh Gunung Palasari (Pulosari) dan di selatannya oleh Gunung Manglayang. Dalam tafsiran peta geologi lembar bandung (Silitonga, 1973) adalah material gunungapi muda yang tidak teruraikan (Qyu), Umur Kuarter, atau sekitar 1.8 juta tyl hingga 0.7 juta tyl.
Pangparang-Palasari-Bukittunggul-Manglayang merupakan kelompok gunungapi umur Kuarter yang kemungkinan umurnya lebih tua dari Gunung Sunda-Tangkubanparahu. Disusun oleh endapan vulkanik berupa breksi, lahar, dan pasir tuf yang berlapis-lapis, dengan kemiringan lebih kecil, menutupi endapan vulkanik lebih tua. Endapan tua tersebut disamakan dengan Formasi Cikapundung (Koesoemadinata, 1981), dan merupakan bagian dari Zona Kompleks Kaldera Sunda-Tangkubanparahu (Bemmelen, 1949). Dalam tafsiran tersebut, bisa jadi bahwa kelompok gunungapi di bagian utara-timur Cekugan Bandung tersebut, adalah kaki Gunung Sunda purba.
Pada peta lama Java Madura lembar nomor 39, diterbitkan Washington D.C. : Army Map Service, 1943-1946. Situ Curugan merupakan lembah antar gunung. Sebelah baratnya dibatasi G. Pangparang 1935 meter dpl., terlihat dinding yang tererosi, akibat lonsoran. Menyingkapkan lava tebal, dengan struktur kekar. Kemudian di sebelah utaranya berjajar punggungan G. Sanggara 1886 meter dpl., sejajar dengan G. Putri 1781 meter dpl. Kemudian di sebelah beratnya G. Cijambu 1869 meter dpl,m mengapir aliran Ci Keruh yang hulunya dari G. Sanggara dan G. Pangparang.
Telaga yang terbentuk akibat hasil longsoran gawir terjal, material lereng sebelah timurlaut Gunung Pangparang. Longsoran atau gerakan tanah adalah hal yang biasa terjadi di alam, dicirikan dengan hasil gerakan yang menuruni lereng oleh massa tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Massa yang bergerak bisa dalam berupa tanah, batuan atau percampuran dari keduanya yang terjadi akibat adanya bidang gelincir maupun melalui mekanisme lainya (Varnes, 1978). Dalam klasifikanya, temasuk ke dalam jenis longsoran debris flow, dicirikan degan gerakan batuan dan tanah. Kemiringan lerengpun memberikan kontribusi, kemudian dipicu oleh air yang menyusup dan menjadi bidang gelincir.
Kodisi demikian diperkuat oleh kesaksian warga yang terbiasa berburu babi hutan, menyebutkan bahwa sebelum terjadi longsoran, menjumpai retakan di bagian atas Gunung Pangparang dan posisi pohon-pohon tegakan yang mulai miring ke arah timur. Di bagian atas dijumpai bentuk berupa tapal kuda yang melengkung disebut mahkota, dan pada bagian permukaan lereng yang mulai bergerak.
Belum bisa dipastikan berapa jumlah volume material yang dilongsorkan, namun dari taksiran jarak menggunakan kurang lebih berjarak 600 meter dari posisi puncak hingga dasar, dan kira-kira mencakup luas wilayah longsoran adalah 76.000 meter persegi lebih.
Akibat longsoran tersebut, materialnya berupa tanah dan bongkah-bongkah batuan endapan vulkanik, menutupi sungai Cikeruh yang mengalir di bawahnya, berhulu di Gunung Putri dan Gunung Sanggara. Sebagian besar materialnya menimbun aliran sungai, sehingga terbentuk bendungan alami. Seiring waktu, air mencari bidang lemah dan lebih landai, sehingga terbentuk outlet di sebelah utara danau tersebut berupa aliran sungai kecil yang bertemu dengan badan sungai lainya, mengalir ke arah timur hingga ke Tangjungsari, Sumedang.
Ci Keruh mengalir dari utara ke selatan, hulunya di G. Pangparang dan G. Sanggara. Kemudian bermuara di Ci Tarum. Sungai ini disumbang oleh lima anak sungai, Ci batuk. Ci Sumengka, Ci Leles, Ci Beusi dan Ci Panjalu. Mengalir melintasi dua kabupatan, sebelah utaranya masuk ke dalam wilayah Kabupaten Sumedang, dan bagian selatannya hingga Ci Tarum masuk ke Kabupaten Bandung. Muaranya disekitar Tegalluar, Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Dari hulunya membawa sedimentasi, akibat sebagian besar kawasan hulunya merukan area perkebunan dan sawah. Kemudian dibagian hilirnya melintasi kawasan industri Rancaekek. Sehingga menyumbang limbah, berupa limbah industri hingga logam berat,
Situ Urug kini menjadi destinasi geowisata yang menarik minat. Walaupun dalam kondis pandemi saat ini, masih sering dikunjungi terutama penikmat wisata jalan kaki alam. Ditempuh dari titik Wisata Bukit Tunggul, melalui jalan kontrol perkebunan kina PTPN VII. Jarak tempuh kurang lebih 3 km, dan dalam keadaan normal kurang lebih 2 jam perjalanan. Kondisi jalan tidaklah terlalu terjal, karena mengikuti kontur lembahan. Namun bila menapaki longsoran, kondisi jalan setapak terjal-sedang, dan berbatu lepas, sehingga diperlukan kehati-hatian.
Bisa diakses melalui Perkebunan Kina Bukittunggul, melalui Pos PTPN VIII. Kendaraan bisa dititipkan di basecamp pendakian, di Kampung Pangli, Cipanjalu. Posisi elevasi sudah di atas 1537 meter dpl., dengan titik tertinggi pendakian 1729 meter dpl. Kondisi jalur berupa jalan kontrol perkebunan berupa makadam, kemudian jalan setapak menapaki lereng G. Pangparang sebelah barat, kemudian jalur lintasa berbelok ke arah timur.
Situ Urug relatif baru terbentuk kuran lebih tahun 2018-an, sehingga daerah cekungan yang menempati luasan tutupan paras air danau didominasi oleh lumut atau vegetasi perintis lainya. Cekungan tersebut merupakan vegetasi hutan kayu, didominasi oleh pohon tegak Rasamala. Sehingga memberikan kesan menarik, dan misteri.

