Dalam kedokteran, diterangkan bahwa triplet adalah tiga janin yang berkembang simultan di uterus. Seorang ibu mengandung, kemudian memiliki tiga janin yang tumbuh di dalam kandungan. Begitu juga dengan Gunung Tilu di Lamajang, Pangalengan. Termasuk ke dalam kriteria gunungapi stratovolkano, dicirikan dengan bentuknya kerucut. Menandakan bahwa gunungapi tersebut disusun oleh perselingan tuff, piroklastik dan lava. Penamaan Gunung Tilu tidak hanya ada di Pangalengan saja, namun ada nama yang sama seperti di perbatasan antara Kuningan Jawa Barat dan Brebes Jawa Tengah. Dengan demikian, menandakan bahwa kesepatakan penamaan gunung diantaranya berdasarkan bentuk (morfologi), dengan mengunakan bahasa lokal.
Gunungapi purba ini menempati dataran tinggi di sekitar Lamajan, di utaranya berbatasan dengan Cimaung dan menaungi kampung Adat Cikondang, di timur dengan wilaya Tribaktimulya. Kemudian diselatannya dibatasi oleh Pulosari berupa hamparan perkebunan the Riunggunung dan Situ Cileunca, sedangkan dibagian baratnya masuk ke dalam wilayah Warnasari Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Dilihat dari morfologinya, terdiri dari empat puncak berbentuk kerucut. Dibagian utara adalah puncak G. Lamajang 1758 m dpl. dan berdampingan dengan kerucut di sebelah tenggaranya, dengan tinggi 1651 m. dpl. Puncak G. Tilu 2056 m dpl, dengan punggungan yang memanjang ke arah barat. Disebelah selatannya adalah puncak G. Lima 1826 m dpl. populer disebut puncak G. Leutik (Peta RB lembar Pangalengan, 1999).
Dari pengamatan berdasarkan rona buminya, G. Lamajang dan G. Tilu merupakan satu sistem gunungapi, melandai ke arah baratlaut tetapi membentuk gawir terjal ke tenggara. Arah landainnya menghadap dataran Pangalengan dan Situ Cileunca. G. Tilu dikelompokan ke dalam Satuan Batuan Gunungapi Pangalengan (PV) umur Plistosen (Bronto drr., 2006). Puncaknya menaungi dataran tinggi Pangalengan dan Situ Cileunca, dengan demikian bisa ditafsirkan bahwa Situ Cileunca merupakan sisa pembentukan kaldera Pangalengan. Diperkirakan pembangunan tubuh kaldera tersebut jauh lebih tua dari pembentukan G. Tilu, sehingga produk endapan gunungapi disekitar Situ Cileunca ditutupi oleh hasil endapan gunungapi yang lebih muda. Kelompok gunungapi muda tersebut diantaranya G. Windu, G. Malabar umur Kuarter, atau sekitar 0.23 MA hingga 0,10 MA.
Sebagai gunungapi dengan tiga kerucut, tentunya memiliki sejarah letusan. Walaupun pusat letusannya tidak terlihat lagi, setidaknya gunungapi tersebut aktif dan meletus melalui kegiatan letusan yang berbeda. Satu sistem gunungaapi namun belum tentu memiliki saluran diatrema yang sama, sehingga bisa diduga bahwa gunungapi tersebut meletus tidak secara bersamaan.